Sabtu, 19 Maret 2011

Cerita Dewasa - Nikmatnya Gadis Belia

Cerita Dewasa - Pada tahun 1994 saya tercatat sebagai siswa baru pada SMUN 2 pada waktu itu sebagai siswa baru, yah.. acara sekolahan biasa saja masuk pagi pulang sekitar jam 14:00 sampai pada akhirnya saya dikenalkan oleh teman seorang gadis yang ternyata gadis itu sekolah juga di dekat sekolah saya yaitu di SMPN 3.


Ketika kami saling menjabat tangan, gadis itu masih agak malu-malu, saya lihat juga gadis itu tingginya hanya sekitar 158 cm dan mempunyai dada yang memang kelihatan lebih besar dari anak seumurnya sekitar 34B (kalau tidak salah umurnya 14 tahun), mempunyai wajah yang manis banget dan kulit walaupun tidak terlalu putih tapi sangat mulus, (sekedar info tinggi saya 165 cm dan umur waktu itu 16 tahun), saya berkata siapa namamu?, dia jawab L—- (edited), setelah berkenalan akhirnya kami saling memberikan nomor telepon masing-masing, besoknya setelah saling telepon dan berkenalan akhirnya kami berdua janjian keluar besok harinya jalan pertama sekaligus cinta pertama saya membuat saya deg-degan tetapi namanya lelaki yah…, jalan terus dong.


Akhirnya malam harinya sekitar jam 19.00 saya telah berdiri didepan rumahnya sambil mengetuk pagarnya tidak lama setelah itu L—-muncul dari balik pintu sambil tersenyum manis sekali dia mengenakan kaos ketat dan rok yang kira-kira panjangnya hampir mencapai lutut berwarna hitam.
Saya tanya, “Mana ortu kamu…”, dia bilang kalau di rumah itu dia cuma tinggal bersama papanya dan pembantu, sedangkan kalau kakaknya dan mamanya di kota lain.
“Oohh jawab saya,” saya tanya lagi “Terus Papa kamu mana?” dia jawab kalau Papa lagi keluar ada rapat lain di hotel (papanya seorang pejabat kira-kira setingkat dengan wagub) jadi saat itu juga kami langsung jalan naik motorku dan tanpa disuruhpun dia langsung memeluk dari belakang, penis saya selama jalan-jalan langsung tegang, habis dada dia begitu kenyal terasa di belakangku seakan-akan memijit-mijit belakangku (motor waktu itu sangat mendukung, yaitu RGR).


Setelah keliling kota dan singgah makan di tempat makan kami langsung pulang ke rumahnya setelah tiba saya lihat rumahnya masih sepi mobil papanya belum datang.
Tiba-tiba dia bilang “Masuk yuk!., Papa saya kayaknya belum datang”. Akhirnya setelah menaruh motor saya langsung mengikutinya dari belakang saya langsung melihat pantatnya yang lenggak-lenggok berjalan di depanku, saya lihat jam ternyata sudah pukul 21.30, setiba di dalam rumahnya saya lihat tidak ada orang saya bilang “Pembantu kamu mana?”, dia bilang kalau kamar pembantu itu terpisah dari bangunan utama rumah ini agak jauh ke belakang.
“oohh…”, jawab saya.
Saya tanya lagi, “jadi kalau sudah bukakan kamu pintu pembantu kamu langsung pergi ke belakang?”, dia jawab iya.
“Terus Papa kamu yang bukain siapa…”
“saya…” jawabnya.
“Kira-kira Papa kamu pulang jam berapa sih…”, tanya saya. Dia bilang paling cepat juga jam 24.00. (Langsung saja pikiranku ngeres banget)
Saya tanya lagi “Kamu memang mau jadi pacar saya…”.
Dia bilang “Iya…”.
Lalu saya bilang, “kalau gitu sini dong dekat-dekat saya…”, belum sampai pantatnya duduk di kursi sebelahku, langsung saya tarik ke dalam pelukanku dan mengulum bibirnya, dia kaget sekali tapi belum sampai ngomong apa-apa tanganku langsung memegang payudaranya yang benar-benar besar itu sambil saya remas-remas dengan kuat sekali (habis sudah kebelet) diapun mengeluh “Ohh.., oohh sakit”. katanya.


Saya langsung mengulum telinganya sambil berbisik, “Tahan sedikit yah…”, dia cuma mengangguk. Payudaranya saya remas dengan kedua tanganku sambil bibir saya jilati lehernya, kemudian pindah ke bibirnya langsung saya lumat-lumat bibirnya yang agak seksi itu, kamipun berpagutan saling membenamkan lidah kami masing-masing. Penis saya langsung saya rasakan menegang dengan kerasnya. Saya mengambil tangan kirinya dan menuntun memegang penisku dibalik celana saya, dia cuma menurut saja, lalu saya suruh untuk meremasnya. Begitu dia remas, saya langsung mengeluh panjang, “Uuhh…, nikmat sayang”, kata saya.
“Teruss…”, dengan agak keras kedua tanganku langsung mengangkat kaos yang dia kenakan dan membenamkan muka saya di antara payudaranya, tapi masih terhalang BH-nya saya jilati payudaranya sambil saya gigit-gigit kecil di sekitar payudaranya, “aahh…, aahh”. Diapun mendesis panjang tanpa melepas BH-nya saya langsung mengangkat BH-nya sehingga BH-nya berada di atas payudaranya, sungguh pemandangan yang amat menakjubkan, dia mempunyai payudara yang besar dan puting yang berwarna kemerahan dan menjulang keluar kira-kira 1/2 cm dan keras, (selama saya main cewek baruku tahu sekarang bahwa tidak semua perempuan nanti menyusui baru keluar putingnya). Saya jilat kedua payudaranya sambil saya gigit dengan keras putingnya. Dia pun mengeluh sambil sedikit marah. “Aahh…, sakkiitt…”, tapi saya tidak ambil pusing tetap saya gigit dengan keras. Akhirnya diapun langsung berdiri sambil sedikit melotot kepadaku.


Sekarang payudara dia berada tepat di depan wajah saya. Sambil saya memandangi wajahnya yang sedikit marah, kedua tanganku langsung meremas kedua payudaranya dengan lembut. Diapun kembali mendesis, “Ahh…, aahh…”, kemudian saya tarik payudaranya dekat ke wajah saya sambil saya gigit pelan-pelan. Diapun memeluk kepala saya tapi tangannya saya tepiskan. Sekelebat mata saya menangkap bahwa pintu ruang tamunya belum tertutup saya pun menyuruh dia untuk penutup pintunya, dia pun mengangguk sambil berjalan kecil dia pergi menutup pintu dengan mengendap-endap karena bajunya tetap terangkat sambil memperlihatkan kedua bukit kembarnya yang bikin hati siapa saja akan lemas melihat payudara yang seperti itu.


Setelah mengunci pintu dia pun kembali berjalan menuju saya. Saya pun langsung menyambutnya dengan memegang kembali kedua payudaranya dengan kedua tangan saya tapi tetap dalam keadaan berdiri saya jilati kembali payudaranya. Setelah puas mulut saya pun turun ke perutnya dan tangan saya pelan-pelan saya turunkan menuju liang senggamanya sambil terus menjilati perutnya sesekali mengisap puting payudaranya. Tangan sayapun menggosok-gosok selangkangannya langsung saya angkat pelan-pelan rok yang dia kenakan terlihatlah pahanya yang mulus sekali dan CD-nya yang berwarna putih saya remas-remas liang kewanitaannya dengan terburu buru, dia pun makin keras mendesis, “aahh…, aakkhh… ohh…, nikmat sekali…”, dengan pelan-pelan saya turunkan cdnya sambil saya tunggu reaksinya tetapi ternyata dia cuma diam saja, (tiba-tiba di kepala muncul tanda setan).
Terlihatnya liang kewanitaannya yang ditumbuhi bulu-bulu tapi sangat sedikit. Sayapun menjilatinya dengan penuh nafsu, diapun makin berteriak, “Aakkhh…, akkhh…, lagi…, lagii..”.


Setelah puas sayapun menyuruhnya duduk di lantai sambil saya membuka kancing celanaku dan saya turunkan sampai lutut terlihatlah CD-ku, saya tuntun tangannya untuk mengelus penis saya yang sudah sangat tegang sehingga sepertinya mau loncat dari CD-ku. Diapun mengelusnya terus mulai memegang penis saya. Saya turunkan CD-ku maka penis saya langsung berkelebat keluar hampir mengenai mukanya. Diapun kaget sambil melotot melihat penis saya yang mempunyai ukuran lumayan besar (diameter 3 cm dan panjang kira-kira 15 cm) saya menyuruhnya untuk melepas kaos yang dia kenakan dan roknya juga seperti dipangut dia menurut saja apa yang saya suruh lakukan. Dengan terburu-buru saya pun melepas semua baju saya dan celana saya kemudian karena dia duduk dilantai sedangkan saya dikursi, saya tuntun penis saya ke wajahnya dia pun cuma melihatnya saja. Saya suruh untuk membuka mulutnya tapi kayaknya dia ragu-ragu.


Setengah memaksa, saya tarik kepalanya akhirnya penisku masuk juga kedalam mulutnya dengan perlahan dia mulai menjilati penis saya, langsung saya teriak pelan, “Aakkhh…, aakkhh…”, sambil ikut membantu dia memaju-mundurkan penis saya di dalam mulutnya. “aakk…, akk…, nikmat sayyaangg…”. Setelah agak lama akhirnya saya suruh berdiri dan melepaskan CD-nya tapi muncul keraguan di wajahnya sedikit gombal akhirnya CD dan BH-nya dia lepaskan juga maka telanjang bulatlah dia depanku sambil berdiri. Sayapun tak mau ketinggalan saya langsung berdiri dan langsung melepas CD-ya. Saya langsung menubruknya sambil menjilati wajahnya dan tangan saya meremas-remas kedua payudaranya yang putingnya sudah semakin tegang, diapun mendesis, “Aahh…, aahh…, aahh…, aahh”, sewaktu tangan kananku saya turunkan ke liang kemaluannya dan memainkan jari-jariku di sana.


Setelah agak lama baru saya sadar bahwa jari saya telah basah. Saya pun menyuruhnya untuk membelakangiku dan saya siapkan penis saya. Saya genggam penis saya menuju liang senggamanya dari belakang. Saya sodok pelan-pelan tapi tidak maumasuk-masuk saya sodok lagi terus hingga dia pun terdorong ke tembok tangannyapun berpangku pada tembok sambil mendengar dia mendesis, “Aahh…, ssaayaa..,. ssaayaangg…, kaammuu…”, sayapun terus menyodok dari belakang. Mungkin karena kering penis saya nggak mau masuk-masuk juga saya angkat penis saya lalu saya ludahi tangan saya banyak-banyak dan saya oleskan pada kepala penissaya dan batangnya dia cuma memperhatikan dengan mata sayu setelah itu. Saya genggam penis saya menuju liang senggamanya kembali. Pelan-pelan saya cari dulu lubangnya begitu saya sentuh lubang kemaluannya dia pun langsung mendesis kembali, “Ahh…, aahh…”, saya tuntun penis saya menuju lubang senggamanya itu tapi saya rasakan baru masuk kepalanya saja diapun langsung menegang tapi saya sudah tidak peduli lagi. Dengan satu hentakan yang keras saya sodok kuat-kuat lalu saya rasa penis saya seperti menyobek sesuatu maka langsung saja dia berontak sambil berteriak setengah menangis, “Ssaakkiitt…”. Saya rasakan penis saya sepertinya dijepit oleh dia keras sekali hingga kejantanan saya terasa seperti lecet di dalam kewanitaannya. Saya lalu bertahan dalam posisi saya dan mulai kembali menyiuminya sambil berkata “Tahann.. sayang… cuman sebentar kok…”


Saya memegang kembali payudaranya dari belakang sambil saya remas-remas secara perlahan dan mulut saya menjilati belakangnya lalu lehernya telinganya dan semua yang bisa dijangkau oleh mulut saya agak lama. Kemudian dia mulai mendesis kembali menikmati ciuman saya dibadan dan remasan tangan saya di payudaranya, “Ahh…, aahh…, ahh…, kamu sayang sama lakukan?” dia berkata sambil melihat kepada saya dengan wajah yang penuh pengharapan. Saya cuma menganggukkan kepala padahal saya lagi sedang menikmati penis saya di dalam liang kewanitaannya yang sangat nikmat sekali seakan-akan saya lagi berada di suatu tempat yang dinamakan surga. “Enak sayang?”, kataku. Dia cuma mengangguk pelan sambil tetap mengeluarkan suara-suara kenikmatan, “Aahh…, aahh…” lalu saya mulai bekerja, saya tarik pelan-pelan penis saya lalu saya majukan lagi tarik lagi majukan lagi dia pun makin keras mendesis, “Aahh…, ahh…, ahhkkhh…” akhirnya ketika saya rasakan bahwa dia sudah tidak kesakitan lagi saya pun mengeluar-masukkan penis saya dengan cepat dia pun semakin melenguh menikmati semua yang saya perbuat pada dirinya sambil terus-meremas payudaranya yang besar itu. Dia teriak “Sayaa mauu keeluuarr…”.
Sayapun berkata “aahhkkssaayyaanggkkuu…”, saya langsung saja sodok dengan lebih keras lagi sampai-sampai saya rasakan menyentuh dasar dari liang senggamanya tapi saya benar-benar kesetanan tidak peduli lagi dengan suara-suara, “Ahh…, aahh…, ahh…, akkhh…, akkhh…, truss” langsung dia bilang “Sayyaa kkeelluuaarr…, akkhh…, akhh…”, tiba-tiba dia mau jatuh tapi saya tahan dengan tangan saya. Saya pegangi pinggulnya dengan kedua tangan saya sambil saya kocok penis saya lebih cepat lagi, “Akkhh…, akkhh…, ssaayyaa mauu…, kkeelluuaarr…, akkhh…”, pegangan saya di pinggulnya saya lepaskan dan langsung saja dia terjatuh terkulai lemas.


Dari penis saya menyemprotlah air mani sebanyak-banyaknya, “Ccroott…, croott.., ccrroott…, akkhh…, akkhh…”, saya melihat air mani saya membasahi sebagian tubuhnya dan rambutnya, “Akhh…, thanks sayangkuu…”, sambil berjongkok saya cium pipinya sambil saya suruh jilat lagi penisku. Diapun menjilatinya sampai bersih. Setelah itu saya bilang pakai pakaian kamu dengan malas dia berdiri mengambil bajunya dan memakainya kembali.


Setelah kami berdua selesai saya mengecup bibirnya sambil berkata, “Saya pulang dulu yah sampai besok sayang…!”. Dia cuma mengangguk tidak berkata-kata lagi mungkin lemas mungkin nyesal tidak tahu ahh. Saya lihat jam saya sudah menunjukkan jam 23.35, saya pulang dengan sejuta kenikmatan.


Dapatkan cerita dewasa yang lainnya dari kami hanya disini!!


Baca juga : Cerita Dewasa yang lainnya dari kami!!

Selengkapnya - Cerita Dewasa - Nikmatnya Gadis Belia

Cerita Panas - Aku Korban Nafsu Saudara Iparku

Cerita Panas - Sejak Bapak meninggal tujuh tahun lalu dan Ibu meninggal enam tahun yang lalu, aku tinggal bersama kakak sulungku, Mbak Mira. Rumah orang tuaku di Madiun terpaksa dijual. Uangnya kami bagi bertiga, Mbak Mira, Mbak Mona, dan aku, Mila.


Rumah waris itu hanya laku Rp. 6,5 juta. Waktu itu aku masih duduk dibangku kelas tiga SMA. Masing-masing kebagian Rp. 2 juta, sisa Rp.500 ribu dimasukkan ke bank untuk memperbaiki makam kedua orang tua dan biaya keselamatan.


Ketika menerima uang waris Rp. 2 juta, aku sengaja menyimpan Rp. 1 juta sebagai deposito ke sebuah bank, sedangkan sisanya kubelikan sebuah TV. Sebab aku ingin punya TV sendiri dikamar tidurku.


Begitu lulus, aku pergi berduaan ke Sarangan bersama Anton, pacarku yang sekelas denganku. Ditempat rekreasi yang sejuk itulah aku memadu kasih dengan Anton. Entah bagaimana mulanya, setelah aku dicium dan diremas-remas payudaraku, aku seperti terhipnotis dan terbuai dengan segala rayuannya, sehingga aku menuruti saja ketika Anton mengajakku memasuki kamar hotel di Sarangan, aku tidak menolaknya.


Bahkan ketika di dalam kamar tidur, Anton mulai kembali dengan cumbuannya dan remasan-remasan hangatnya yang benar-benar membuatku tak berdaya dan diam saja saat Anton mulai melepas satu demi satu seluruh pakaian yang menempel ditubuhku, aku hanya bisa merasakan desah nafasku yang semakin tidak beraturan dan seluruh tubuhku benar-benar di luar kendaliku. Saat tangan Anton semakin bergerak leluasa ke bagian-bagian sensitif tubuhku, aku semakin pasrah dan menikmati seluruh kecupan hangat,remasan-remasan yang luar biasa nikmatnya, hingga akhirnya seluruh pertahananku jebol setelah penis Anton dengan cepatnya masuk dan merenggut keperawananku dengan sekali hentakan saja. Namun semuanya tak kupikirkan terlalu lama karena aku benar-benar sangat menikmatinya saat penis Anton mulai bergerak maju-mundur, turun-naik, sehingga membuat liang vaginaku mengeluarkan cairan kenikmatan yang terasa hangat saat tubuhku terhempas ke ranjang karena puncak orgasme yang kurasakan saat itu. Lemas, mataku berat, dan akhirnya aku tertidur di dalam pelukan dada Anton kekasihku itu.


Noktah merah yang seharusnya kupersembahkan buat suamiku, akhirnya keberikan lebih awal kepada Anton, pacarku sekaligus calon suamiku kelak. Aku ingat persis Anton kembali melakukan persetubuhan denganku hingga lebih dari tiga kali pada hari itu, aku benar-benar dibuat takluk dengan keperkasaan seksualnya.
“Tak udah memikirkan keperawanan. Jaman sudah maju, manusia tidak membutuhkan keperawanan, melainkan kesetiaan”, kata Anton setelah berhasil mengambil keperawananku. Aku juga masih ingat persis ketika Anton memberiku uang Rp.10 ribu.
“Ini untuk beli jamu”, katanya singkat. Hampir saja aku melempar uang itu ke wajahnya. Tetapi Anton keburu mencium pipiku, keningku dan tengkukku sehingga aku tidak bisa marah atas sikapnya tadi.


Benar dugaanku. Setelah peristiwa itu Anton tidak muncul-muncul. Hampir dua minggu aku menunggu, tak kelihatan juga batang hidungnya. Akhirnya aku memaksakan untuk datang ke rumahnya di jalan Borobudur. Betapa terkejutnya aku, ketika ibunya bilang Anton sudah berangkat ke Jakarta, untuk mengadu nasib di sana. Niat hati ingin menyampaikan masalah ini kepada ibunya bahwa aku dan Anton telah berbuat hal layaknya suami istri. Tetapi mulutku tidak bisa bersuara. Aku hanya menahan nafas dan mengehembuskannya dalam-dalam.


Saat paling membuatku berdebar-debar adalah saat aku tidak mengalami menstruasi. Aku kalut, Beberapa macam pil yang disebut orang-orang bisa untuk menggugurkan kandungan, kuminum. Tetapi, aku tetap terlambat datang bulan. Aku makin kalut. Apalagi aku harus hengkang dari rumah, karena rumah kami sudah laku dijual. Aku harus ke Surabaya, tidak ada jalan lain.


Bulan kedua aku lewati dengan mengurung diri di kamar di ruman Mbak Mira, kakak sulungku. D rumah ini tinggal juga suaminya, Mas Sancaka, dan anak tunggalnya Sarma, yang masih balita. Selain itu pula ada pula Mas Sudrajat, adik Mas Sancaka, yang hingga kini masih hidup membujang.


Sebulan dirumah Mbak Mira, aku sudah tidak bisa menyembunyikan diri lagi. Ketika Mbak Mira tidur aku mengutarakan permasalahanku ini kepada Mas Sancaka, dan berharap dia bisa memeberikan jalan keluar terbaik bagi diriku.
“Besok kamu ikut aku. Kita harus menggugurkan anak haram itu”, kata Mas Sancaka, “Dan Mbak Mira tidak perlu tahu musibah ini”, tambahnya. “Kamu masih punya uang simpanan?”, katanya.
“Satu juta”, jawabku singkat.
“Besok pagi kita ambil, kekurangan uangnya biar aku yang tanggung”, kata Mas Sancaka.


Keesokan pagi harinya aku dibawa ke dokter yang ada dikawasan lokalisasi di Surabaya. Di tempat yang tidak terlalu luas itu, kandunganku digugurkan. “Biayanya Rp. 1,6 juta, itu belum termasuk biaya kamar, biaya perawatan, dan obat-obatan. Siapkan saja uang sekitar Rp. 2 juta”, kata dokter yang merawatku kepada Mas Sancaka.


Aku memandangi Mas Sancaka untuk meminta reaksi atas ucapannya tadi malam. “Ya, Dok. Ini kami membawa uang Rp. 1 juta, nanti saya akan ambil uang di ATM untuk melengkapi seluruh biayanya”, kata Mas Sancaka kepada dokter yang akan menggugurkan kandunganku, sembari melirikku. Lega rasanya aku dibantu kakak iparku. Dibenakku aku punya harapan untuk kuliah kembali, agar jadi ‘orang’. Uang Rp. 1 juta kuserahkan, dan dalam waktu sepuluh menit aku sudah tidak sadarkan diri. Ketika aku bangun, aku telah berada di ruangan yang sama sekali tidak aku kenal. Ada seorang perawat disini. “Jangan banyak bergerak dahulu ya jeng”, kata perawat itu yang kira-kira berusia 40 tahun. dia kemudian menyeka keringatku dan meneyelimuti tubuhku dengan baju putih.


Tak lama kemudian Mas Sancaka datang dan membawa buah-buahan untukku. Aku tersenyum kepadanya. Diapun membalas senyumku. Diusapnya rambutku, dan diciumnya keningku.
“Sus, meski kami menggugurkan kandungannya, tetapi kami ingin tetap menikah. Kami hanya merasa belum siap saja. Saya ingin Mila menjadi istri kedua”, kata Mas Sancaka kepada perawat itu, tanpa meminta persetujuanku kalau aku pura-pura jadi WIL-nya.
Sehari kemudian aku pulang. Tetapi aku tidak diijinkan untuk pulang ke rumah Mbak Mira oleh Mas Sancaka, Aku justru dibawanya kesebuah hotel. “Kenapa disini, Mas?” tanyaku.
“Kamu masih kelihatan pucat. Jangan pulang dulu, kamu tidur disini sekitar 3 sampai 4 hari dulu, nanti baru pulang. Lagian Mas Sancaka sudah bilang ke Mbak Mira, bahwa kamu balik sementara ke Bandung untuk keperluan menjenguk saudara”, katanya. Aku mengikuti saja sarannya tersebut.


Hari-hari pertama Mas Sancaka bersikap sopan kepadaku, Dia tampak mengasihiku. Tetapi, pada hari kedua, Mas Sancaka mulai berubah, setelah berbaringan di sebelah tubuhku, Mas Sancaka secara mengejutkan memintaku untuk memegang ’senjatanya’.
“Aku nggak kuat, Mila. Tolong kamu pegang-pegang penisku sampai ‘keluar’, agar kepalaku tidak pusing. Mbakyumu sedang mestruasi. Jadi aku tidak melakukan hubungan badan selama dua hari ini, biasanya kami melakukannya setiap hari”, begitu kata Mas Sancaka beralasan kepadaku.


Ingin rasanya aku menolak, tetapi bagaimana lagi? Mas Sancaka telah begitu berbaik hati kepadaku. Kupikir tidak ada salahnya aku melakukannya sekali ini untuk membalas kebaikan-kebaikan Mas Sancaku kepadaku selama ini, khususnya saat-saat seperti ini. Dengan malu-malu aku melakukan apa yang dimintanya, Kulihat penis Mas Sancaka masih tertidur, panjangnya lumayanlah, aku mulai mengusap-usap batang penis Mas Sancaka secara lembut. Sedikit demi sedikit aku mulai melihat reaksinya, Penis Mas Sancaka sedikit demi sedikit mulai mengembang dan membesar, tanganku merasakan penisnya yang bergerak-gerak hingga akhirnya tidak bisa bergerak lagi, karena seluruh batang penisnya telah tegang dengan sangat kerasnya.


Mas Sancaka kulihat memejamkan matanya menikmati permainan ini, aku semakin berani untuk memain-mainkan penisnya, kuusap, kugosok-gosok dengan jariku dan terakhir aku mulai mengocok-ngocok penis Mas Sancaka secara turun naik, kulihat tubuh Mas Sancaka kadang-kadang menggeliat merasakan kenikamatan ini, sampai akhirnya tiba-tiba tubuh Mas Sancaka tiba-tiba mengejang, penisnya terasa panas sekali, kulihat kepala penisnya kini berubah warnanya menjadi sangat merah sekali dan berdenyut-denyut.


Tiba-tiba Mas Sancaka memejamkan matanya sangat erat, bibirnya seperti menggigit menahan sesuatu yang amat luar biasa, tidak lebih dalam hitungan dua detik, tiba-tiba aku melihat cairan kental menyemprot deras keluar dari batang penisnya Mas Sancaka, cairan spermanya muncrat banyak sekali seiring dengan itu tubuhnya berkelejat-kelejat sampai pada akhirnya spermanya habis, tubuhnya jatuh lunglai dan kulihat wajah Mas Sancaka tersenyum puas. Perlahan-lahan aku membersihkan tubuh Mas Sancaka yang belepotan spermanya, kubersihkan dengan perlahan-lahan sambil memijat-mijat tubuh Mas Sancaka, hingga akhirnya Mas Sancaka tertidur di ranjangku.


Di hari kedua aku benar-benar tidak mampu menolak permintaannya, saat aku sedang mandi tiba-tiba pintu kamar mandiku diketok oleh Mas Sancaka, ketika kubukakan, tiba-tiba Mas Sancaka menerkamku dengan buasnya. “Kalau kamu tidak melayaniku, maka kasus pengguguran ini akan kuberitahukan kepada Mbak Mira”, ancamnya.
Maka, aku tidak mampu menolak keinginannya ini, Semalaman itu aku harus melayani Mas Sancaka ronde demi ronde. Sejak saat itu aku semakin tidak punya keberanian untuk menolak keinginan Mas Sancaka untuk mencicipi kehangatan tubuhku yang masih sintal, dan rapatnya liang vaginaku, karena aku memang belum pernah melahirkan. Perbuatannya ini tidak hanya dilakukan di hotel saja, tetapi sudah mulai berani dilakukan di rumah Mbak Mira, Hampir Setiap tengah malam menjelang pukul 3 pagi, Mas Sancaka selalu mengendap-endap menuju kamarku dan mengetuk kamar tidurku untuk meminta jatahnya, karena aku takut suatu waktu akan ketahuan akibat Mas Sancaka mengetuk pintuku maka aku setiap tidur tidak pernah mengunci kamar tidurku.


Yang membuatku semakin tertekan adalah tiba-tiba pada suatu hari tubuhku serasa terindih sesuatu, ketika aku membuka mataku alangkah kagetnya aku, karena yang menindih tubuhku adalah Mas Sudrajat, adik Mas Sancaka, aku ingin berteriak, tetapi Mas Sudrajat menutup mulutku sambil mengancamku. “Awas, kamu tidak perlu berteriak, Jika tidak saya akan melaporkan perselingkuhan kamu dengan Mas Sancaka kepada Mbak Mira. Aku telah mengetahui kejadian ini sejak minggu lalu, lalu apa salahnya jika kamu melakukannya kepadaku juga”, ancamnya.
Sejak saat itu aku menilai Mas Sudrajat sama bejatnya dengan Mas Sancaka. Hingga mulai saat itu hampir setiap hari aku melayani dua pria. Antara pukul 12 malam sampai denga pukul 1.30 pagi aku melayani Mas Sudrajat, dan Antara pukul 3 pagi sampai dengan pukup 4 pagi aku harus kembali bergumul dengan Mas Sancaka. Tubuhku benar-benar sebagai pelampiasan nafsu kedua saudara-saudara iparku.


Bahkan menurutku Mas Sudrajat adalah orang paling bejat didunia ini, ia bahkan menceritakan perselingkuhan kami kepada Mas Suwono yang tinggal di jakarta. Ketika suatu saat Mas Suwono menginap di rumah Mbak Mira berkaitan dengan tugas kantornya. Dia tidak tidak sungkan-sungkan masuk kekamar tidurku malam hari bersama dengan Mas Sudrajat untuk kembali merasakan kehangatan tubuhku, malah pernah suatu kali ketiganya tiba-tiba berkumpul di kamarku dan benar-benar menguras seluruh tenagaku, hingga aku pernah pingsan menahan kenikmatan yang datang bertubi-tubi tanpa hentinya dari ketiga saudara iparku yang menggilir aku secara bergantian. Hingga akhirnya puncak dari seluruh kenikmatan tersebut adalah kelelahan yang luar biasa, aku knock out alias KO!


Lebih celaka lagi ketika suatu saat Mbak Mira pada siang hari datang ke kamarku dan menemukan celana dalam suaminya ada di kamarku. Aku sangat yakin Mbak Mira mengetahui kalu suaminya sering masuk ke kamarku. Mbak Mira hanya diam saja. Dia hanya melemparkan celana dalam suaminya itu kewajahku. Dan, sejak itulah Mbak Mira jarang mengajakku bicara. Ketika kuceritakan kejadian ini kepada Mas Sancaka, Diluar dugaan di berkata, “Mila, Mbak Mira sudah tidak kuat lagi melayani nafsuku, pernah kusampaikan aku punya pacar seorang janda muda, dia diam-diam saja”, kata Mas Sancaka.


Aku tercenung. Napasku terasa berhenti di tenggorokan. Kasihan Mbak Mira. Tetapi siapa yang menaruh rasa belas kasihan kepadaku? Aku telah melayani nafsu biadab ketiga saudara iparku. Ingin rasanya aku lari minggat dari rumah Mbak Mira, Tetapi kemana aku harus menetap? aku tidak ingin menjadi seorang Wanita Tuna Susila, dan aku sudah tidak memiliki uang pula untuk menyambung hidup jika aku minggat.
Sampai akhirnya sedikit demi sedikit keberanianku benar-benar hilang sama-sekali, dan hingga sampai ini aku masih harus tetap melayani nafsu binatang ketiga lelaki iparku.


by : Bokepzone


Baca Juga :cerita Dewasa - Keperwananku yang Di ambil Pacarku

Selengkapnya - Cerita Panas - Aku Korban Nafsu Saudara Iparku

Jumat, 18 Maret 2011

Cerita Panas - Gairahku waktu di luar negeri

Cerita Panas - Namaku Lisa dan sudah setahun lebih aku tinggal di New York Amerika Serikat, setelah aku tinggalkan kelas 1 SMA-ku di Bandung. Hidup di sini bersama abang memang cukup nikmat, paling tidak di sekitar apartemen kami lokasinya aman dan bersahabat, dan tidak perlu khawatir jika kebetulan aku jalan sendirian di malam hari. Sekolahku adalah SMA publik, dan murid-muridnya keren-keren, datang dari berbagai ras. Hari-hariku biasanya diisi dengan sekolah, pergi ke tempat-tempat nongkrong anak SMA, biasanya toko Fast Food, kerja sambilan sebagai pelayan di restoran Oriental dekat rumahku (yang kadang-kadang juga tempat nongkrong anak-anak seusiaku), kerja sukarela sebagai pengawas perpustakaan, serta kegiatan ekstrakulikulerku sebagai anggota klub sepakbola wanita dan kelompok drama. Ada beberapa anak dari Indonesia juga di SMA-ku, hanya aku jarang bertemu dengan mereka di sekolah.

Baru-baru ini kelompok drama sekolahku mengadakan kunjungan wisata ke Ibukota di Washington DC. Seorang gadis baru bernama Felicia baru saja mengikuti kegiatan ini. Aku sebenarnya sudah beberapa kali melihat Felicia di sekitar sekolah dan sudah lama merasa cukup iri dengan kakinya yang panjang serta matanya yang tajam dan seolah selalu penuh gairah. Felicia adalah seorang Latina, sebab kedua orangtuanya berasal dari Puerto Rico. Saat pertama kali kulihat Felicia di sekolah, aku jadi teringat dengan acara-acara TV minggu siang yang sering disaksikan oleh pembantu dan supir di tempat kostku dulu di Bandung seperti Maria Mercedes dan sebangsanya. Nah, saat perjalanan wisata ke Washington di atas bis dan kebetulan duduk sebangku, kami berdua segera menjalin persahabatan baru. Bercakap-cakap dengan Felicia benar-benar menarik sebab dia benar-benar supel dan pintar berbicara. Di tengah diskusi mengenai simpatinya terhadap kondisi Indonesia, kusempatkan diriku untuk mengamati rupa teman baruku.

Sepertiku, Felicia berbadan semampai. Rambut lurus dan alisnya berwarna coklat muda, rambutnya sedikit lebih panjang dan kulit Felicia jauh lebih pucat dari kulitku yang kuning. Bibirnya yang berbentuk mungil berwarna merah muda dengan hanya polesan sedikit lipstik saja dan bergerak-gerak secara menawan saat Felicia berbicara dengan logat latinnya yang nikmat didengar. Seperti murid-murid keturunan Spanyol lainnya di sekolahku, gaya berpakaian Felicia benar-benar santai, seperti celana pendek, dan kaos oblong tangan panjang, namun potongan depannya pendek yang berakhir di atas bagian pusar, sehingga dadanya yang membusung membuatnya tampil benar-benar feminin dan eksotik. Kaus kaki Miki Tikus warna putih menutupi sebagian betis Felicia, sepatunya model santai seperti Converse, dan Felicia mengenakan seuntai kalung perak sebagai aksesoris. Sementara telinganya ditindik tiga dengan giwang-giwang kecil diatur artistik. Namun yang bikin aku benar-benar seperti terhipnotis adalah tatapan mata biru jernih Felicia yang menyorot tajam, mengundang, dan benar-benar hidup. Jika ada yang mengamati, mungkin kami berdua akan tampak cukup menarik sebab aku sendiri menjaga penampilanku cukup konservatif walaupun di Indonesia mungkin lumrah saja melihat gadis remaja delapan belas tahun mengenakan turtle neck, rompi dan rok selutut dan rambut kuncir kuda. Tak lama setelah kami mulai berbicara, hilanglah sudah minatku terhadap kunjungan wisata ini.

Sementara waktu berlalu, kami mulai saling menyentuh tangan atau kaki satu dengan lainnya saat ingin menekankan apa yang kami bicarakan. Sentuhan-sentuhan yang mulanya tanpa niat apapun ini lama-lama mulai menelantarkan diri, sampai akhirnya, kami mulai berbicara mengenai seks. Kami saling bertukar pengalaman, dan aku benar-benar terpesona oleh perbedaan kebudayaan dan latar belakang kami berdua. Kata Felicia, dalam masyarakat Hispanik (ras keturunan campuran Spanyol dengan penduduk asli Amerika) sudahlah menjadi standar bagi remaja mereka untuk kehilangan keperawanan atau keperjakaan pada umur sekitar 15 tahun. Setahun di Amerika, banyak pandangan mengenai seks dan hubungan romantis yang dulu kupunyai di Indonesia berubah menjadi sedikit lebih santai. Walaupun aku masih belum sampai sejauh bersanggama, pacarku di sini kadang-kadang menelusuri bagian-bagian tubuhku yang tadinya kuputuskan ‘off-limit’ bagi pacar. Biar bagaimanapun, toh aku masih orang Timur. Di kota seperti New York, walaupun kebudayaan Barat lebih toleran terhadap hubungan kelamin pranikah, toh umumnya remaja hanya berhubungan dengan satu pasangan saja sekitar paling tidak enam bulan, mungkin karena kewaspadaan terhadap penyakit. Mendengar penjelasanku mengenai norma masyarakat di Indonesia, Felicia mengangguk-angguk, dan menyatakan bahwa pandangan seperti itu ada baiknya juga. Dia pun kemudian mulai bercerita mengenai pengalaman-pengalaman masa lalunya, sentuhan-sentuhan nyasar kami semakin sering. Kami mulai saling menggoda secara fisik, dan sebelum bis kami bergulir memasuki batas kota Washington DC setelah hampir seharian perjalanan, hanya ada satu hal dalam benakku: untuk berhubungan intim dengan Felicia.

Saat memasuki hotel, kami mengatur untuk membagi ruangan yang sama. Senja itu, kami berkeliling dan melihat tempat-tempat bersejarah terkenal. Selesai mandi dan makan malam, bersama sekelompok dari murid-murid, aku dan Felicia pergi menyaksikkan sebuah film berjudul “Scream”. Ketika di layar ditunjukkan sebuah bagian film yang menakutkan, kami berdua saling berpegangan tangan dan Felicia memelukku erat. Selesai bagian tersebut, Felicia meletakkan tanganku ke pahanya yang tak tertutup. Kami berdua kebetulan memakai rok pendek, dan beberapa menit kemudian Felicia mencoba merubah sikap duduk dan merenggangkan kakinya, serta membimbing tanganku di antara kedua kakinya. Lalu ia bergerak dan secara perlahan mengusapkan tangannya ke bagian dalam pahaku. Kulepaskan pekikan kecil ketika Felicia menemukan apa yang diinginkannya.

Sementara kami berpura-pura menonton film, kumain-mainkan rabaanku di celana dalam bagian depan milik Felicia sampai kubuat dia basah sementara ujung jarinya bergeser naik dan turun di bagian yang sama dari celana dalam milikku, mendorong kain yang tipis itu ke dalamku. Tidak mengambil waktu lama sebelum kami berdua mulai saling mencari satu sama lain. Kami mulai bernafas kencang dan berat, dan tak bisa disangkal lagi, di udara mulailah muncul bau kewanitaan basah yang cukup jelas tercium. Salah seorang gadis satu sekolahku duduk di deretan belakang kami. Ia menggeser diri di antara bahu kami dan berbisik, “Kalian berdua merpati cinta sebaiknya mulai berhenti sebelum semua orang mulai menonton kamu dan bukan film ini!” Gadis itu betul, kami benar-benar mulai terbawa situasi. Secara ogah-ogahan kami pun berhenti. Pada menit yang sama Felicia menarik jarinya keluar dariku, kusadari bahwa aku benar-benar menginginkannya kembali di dalamku. Setelah mengatur nafas, Felicia mendekatiku dan berbisik, “Nanti!”

“Aku tak sabar menunggu”, bisikku balik, sedangkan hidungku menghirup aroma intim Felicia yang membalut jariku. Kujilat bersih jariku dan kugenggam tangan Felicia sampai pertunjukan berakhir. Pada saat itu aku sudah benar-benar menjadi terangsang, sisa film yang kami tonton itu tidak ada yang kuingat barang sedikit pun. Kembali ke hotel, kami praktis berlari ke kamar kami, benar-benar tak sabar untuk melanjutkan perbuatan yang terpaksa kami tinggalkan. Bergegas-gegas aku berganti mengenakan kimono katun tidurku yang berwarna gelap dengan corak tradisional Flores sementara Felicia menanggalkan kaos oblong dan rok pendeknya. Baru kusadari bahwa selama ini Felicia tidak mengenakan bra. Sementara aku bengong menatapi dada Felicia yang betul-betul mulus dan berbentuk sempurna, Felicia memuji keindahan corak kimono katunku dan memintaku untuk membawa oleh-oleh seperti itu jika aku kembali dari Indonesia. Kutunjukkan sebuah cincin yang kubeli dari toko suvenir Indonesia di dekat kedutaan sore hari itu pada Felicia. Direbutnya cincin itu dan dia berkata,
“Hahah… dapat!”
“Hey, kembalikan!”
Kukejar Felicia mengitari ruangan sampai akhirnya kutangkap dia di pojokan. Tiba-tiba dibalikkan badannya dan di mukanya muncul raut nakal sementara tangannya bertolak pinggang.
“Mana cincinnya?” tanyaku.
“Entah. Coba saja periksa sendiri”, kata Felicia sambil menunjukkan kedua telapak tangannya yang kosong sambil tertawa-tawa kecil.

Karena Felicia saat itu bertelanjang kecuali untuk celana dalam model bikininya, hanya ada satu tempat untuk mencari. “Kamu ini benar-benar nakal”, seruku sambil menatap matanya yang bersinar-sinar bandel, benar-benar menikmati permainan kecil kami. Pandanganku menyapu wajahnya yang karena berkeringat dan merona merah terlihat benar-benar spektakuler, dengan ujung hidungnya yang runcing dan lesung pipitnya yang molek. Lalu kuturunkan pandangan melewati lehernya yang jenjang, dan dadanya yang naik turun. Sedikit gerah setelah berlarian dalam kamar hotel yang bertemperatur sejuk itu membuat puting Felicia yang berwarna merah muda segar menegak penuh. Kutatap kembali wajahnya sementara kutautkan jariku ke bagian atas celana dalamnya, menarik tali elastis di situ sampai nampak rambut-rambut lembut lurus kecoklatan berjarang-jarang di bawah pusar Felicia.

“Di bawah situ, mungkin?” tanyaku.
“silakan mancing ikan.”

Felicia melangkah mendekati, cukup dekat untuk membuat dada kami bergesekan. Perlahan kugerakkan tanganku lebih jauh ke bagian bawah dari perut Felicia yang betul-betul rata dengan sedikit lengkungan feminin dan menyelipkannya ke balik celana dalam Felicia. Ujung-ujung jariku menyentuh rambut-rambut lembutnya dan gelitikan lembutku membuat postur berdirinya lemas, menengadah dan mendesah.

“Apakah ini cukup hangat?” tanyaku.
“Betul, betul.”

Dipejamkannya kedua mata dan kepalanya semakin menengadah saat jari-jariku bergeser lebih jauh ke bawah sampai seluruh permukaan kelamin Felicia terlindung oleh telapak tanganku. Ia masih cukup lembab hasil dari perbuatan kami di cinema. Cincinku yang hilang tentu saja tersembunyi di celana dalamnya, namun aku tetap berpura-pura mencari-cari benda tersebut.

“Dimana, sih cincin ini?” Kunikmati reaksinya terhadap sentuhanku, kudorong selangkangannya ke dalam telapak tanganku.
“Sepertinya perlu diselidiki lebih dalam, nih…” godaku. “Lebih dalam lebih baik”, Felicia menyahut sambil mengerang.

Kubiarkan jemariku menerobos lipatan-lipatan lembutnya dan segera kurasakan sumber kebasahannya. “Mungkin bersembunyi di sini”, lanjut godaanku. Kedua dada kami saling menekan dan mulut kami hanya terpisah jarak seinci. Benar-benar kuingin menciumnya, dan kurasakan badanku bergetar, tak pernah dalam hidupku aku sedekat ini dengan seorang gadis lain. Tapi kuputuskan untuk memperlambat permainan kecil ini,

“Itu sih terlalu mudah”, kata Felicia.
“Perlu cari tempat persembunyian yang lebih bagus, nih.”
“Contohnya dimana?” kataku sambil menyengir lebar.
“Kira-kira berapa panjang lidahmu?” tanyanya.
Kuleletkan lidahku. “Kira-kira sejauh itu dalam vagina saya”, katanya dan kami berdua tertawa keras.
“Felicia, kamu ini benar-benar mesum. Kamu bakal menjadikan kita berdua sepasang lesbian lipstik!”

Secara lembut diremasnya bagian dada kimonoku, dan dibisikannya, “Oh, kau pikir itu benar-benar hal yang jelek? Akui saja Lisa, kau sebetulnya benar-benar ingin mencobanya, kan?” Bisa kurasakan kehangatan nafasnya menghembus wajahku saat kami berdua saling bertukar pandang. “Well….” Ujarku malu-malu, bermain ’susah dijerat’.

“Sepertinya sih sudah pernah kupikir hubungan lesbian mungkin satu atau dua kali.”
“Biar bagaimanapun”, kata Felicia,
“Semua orang tahu bahwa adalah wajar bagi cewek-cewek untuk bereksperimen satu sama lain. Di samping itu, hampir semua cewek yang saya kenal melakukannya setiap waktu. Tahu tidak?” ujarnya sambil mempelajari rautku. “Apa?” kataku.
“Kau benar-benar cantik. Unik. Kau punya mata yang hitam benar-benar menarik. Apalagi kau datang dari tradisi yang cukup kekolotan. Bikin kau lebih mengundang. mm… apakah rata-rata cewek Indonesia payudaranya langsing seperti ini?”
“Uh, iya”, kataku, tak sadar kulonggarkan tali pinggang kimonoku, mengakibatkan terbukanya bagian dadaku. Perlahan Felicia memijit kedua puting payudaraku, dan kurasakan memanasnya di bagian antara kedua pahaku.
“Toh lagi pula kita berdua perempuan, jadi nggak mungkin hamil. Sama seperti kegiatan menggesek vagina sendiri…” lanjut Felicia.
Felicia memperkeras pijitannya, dan napasku mengencang, kuhirup udara dengan tersendat-sendat, sementara untuk berdiri tegak aku mulai tak mampu.
“Oh, kalau masturbasi, sih, aku benar-benar suka”, kataku.
“Bagus, sebab dengan cewek lain, masturbasi jadi jauuuuh lebih menarik dibanding sendirian.”
Disambarnya ikat pinggang kimonoku yang sudah memang longgar, menjadikan seluruh tubuhku terekspos. Dengan penuh gairah dirangkulnya pinggangku sementara kakiku menggeser, menyentuh langsung selangkangan Felicia yang lembab.
Tangan Felicia mulai melingkar, menjelajahi bagian belakangku. Diiringi senyum nakalnya, Felicia menarik bagian belakang celana dalamku, membuat bagian selangkangan celana dalamku menjadi tertarik lebih ke dalam. Tekanan yang dirasakan oleh klitorisku yang mulai membengkak hampir membuatku orgasme di tempat, sementara kurasakan kedua badan kami seolah meleleh, bercampur satu sama lain. Tak lama kemudian Felicia memasukkan lidahnya ke dalam mulutku, dan kulumat dengan erat lidah kekasihku yang baru ini.

“Masih ingin main sembunyi cincin?” tanya Felicia menggoda.
“Fuck the ring!” (Persetan dengan cincin itu!) semburku sementara tanganku kembali menyelinap ke dalam celana dalamnya.
“I’d rather you fuck me instead”, sahut Felicia, suaranya menyerak seksi, nafasnya panas di telingaku.
“Lalu tunggu apa lagi?” kataku sembari meraih tangannya.

Kami pindah ke sebelah ranjang dan menanggalkan apa yang tersisa di badan kami (kecuali celana dalamku). Felicia benar-benar terangsang, cairan-cairan kelembaban mulai menetes dan bergulir di pahanya. Seluruh tubuhku mulai bergetar penuh antisipasi, terlebih saat kubayangkan betapa lezatnya jika kuletakkan kepalaku di antara kedua pahanya. Felicia naik ke atas ranjang dan menyandarkan diri ke dinding. Lalu dengan kedua jarinya dipisahkannya kedua bibir vaginanya, dan dengan penuh nafsu kusaksikan jarinya yang lain menerobos masuk. Setelah mengaduk-ngaduk beberapa saat jari lentiknya benar-benar basah, dan Felicia mengeluarkan jarinya, mengacungkannya di depan mukaku, membuat isyarat ‘mendekatlah’. “Ayo, kita bersenang-senang malam ini”, undang Felicia seraya mengangkat kaki kirinya ke dekat wajahku dan memain-mainkan jemari kakinya yang mungil. Ketika kutanggalkan celana dalamku, kusadari bahwa bagian selangkangan celana dalamku ternyata sudah kuyup. Tadinya hendak kulempar begitu saja celana dalamku itu, namun Felicia berseru, “Tunggu Lisa, kesinikan kau punya celana dalam itu!” Kulemparkan celana dalamku, dan segera setelah menyambutnya Felicia mendekatkan celana dalam itu ke hidung mancungnya sembari menghirup dalam-dalam aroma sekresi kewanitaanku. “Ooooh, bau kamu betul-betul sedap!”

“Memangnya sudah kebiasaanmu, yah, menciumi celana dalam milik cewek lain?” tanyaku seraya tersenyum lebar.
“Oh, cuma mereka-mereka yang bakal saya entot”, katanya sambil mengedipkan sebelah mata.
Felicia mengusap-usapkan bagian selangkangan celana dalamku yang basah kuyup ke hidung dan mulutnya sementara matanya mengawasiku, yang mulai mengecupi jari-jari kakinya. Kususupkan lidahku di antara setiap jari, kukulum, dan Felicia mulai tertawa-tawa geli campur nafsu. Lalu mulailah kutelusuri kakinya yang panjang dengan bibirku, dan berhenti ketika aku sampai di bagian dalam pahanya. Kujilat, kukecup, dan kugigit lembut kulitnya yang putih mulus. Ya ampun, Felicia betul-betul lembut! Kuciumkan kecupan-kecupan kecil mengitari kelaminnya, dan dengan susah payah kutekan keinginanku untuk langsung menyelami kelamin Felicia dengan mulutku. Dalam pikiranku, Felicia adalah perempuan pertama dalam hidupku yang kujilat kemaluannya, maka ada baiknya kupastikan bahwa kami berdua benar-benar terangsang dulu sebelum kukubur mukaku di selangkangannya. Aku bergerak mendekati mulutnya. “Aku benar-benar butuh kamu”, kataku. Felicia melingkarkan tangannya dan kami pun French kissed.

Lalu Felicia perlahan mengangkatku, memposisikan kedua susuku di depan wajahnya. Dikulumnya salah satu puting susuku di antara kedua bibirnya dan mulutnya yang hangat menyedoti putingku, mengirimkan gelombang-gelombang kenikmatan ke seluruh tubuhku. “Saya punya ide”, katanya sambil terus menjilati. “Bagaimana kalau kita bolos saja dan tidak usah ikut tur besok? Kita bisa mengunci diri di kamar ini dan berasyik-asyikan seharian penuh.” Untuk membujukku, Felicia menyelipkan tangannya di antara pahaku dan mulai mengusap-usap celahku. Kusongsongkan pinggulku menyambut dua jari Felicia ke dalamku. Ia melanjutkan menghisap payudaraku sekaligus jarinya menjalari vulvaku, sedangkan aku hanya mendesah-desah mendorong-dorongkan kemaluanku menyongsong tangannya. Kupejamkan mata dan kurasakan cairan kental kewanitaanku menyemprot keluar saat ujung-ujung jari Felicia menjepit klitorisku. Orgasme yang kurasakan betul-betul intens, sumpah mati saat itu aku menyaksikan bintang-bintang.

“Kalau kita tinggal di ranjang sepanjang hari”, ujarku setelah pada akhirnya berhasil mengatur napas kembali,
“Kapan kita makan?”
“Kalau kamu lapar, kamu bisa lahap vagina saya saja.” jawab Felicia,
“Ah, kamu ini memang benar-benar nakal!” seruku dan kami berdua pun tertawa-tawa.

Kemudian aku pun kembali menciumi tubuhnya, menelusur kembali ke bagian bawah. Harum keringatnya membalut badannya, dan aku benar-benar menikmati rasa keasin-asinan leher dan celah dadanya. Puting payudaranya yang merah segar berbeda dengan milikku yang berwarna coklat, dan saat kusedot kedua pentilnya, warna mereka berubah menjadi gelap dan mengeras. Puting dada Felicia terlihat persis seperti karet penghapus merah di ujung sebuah pensil, dan tampak kecil dibanding ukuran dadanya yang paling tidak 36C. Pentilku sendiri kira-kira sebesar uang 25 logam, dan menurutku pas untuk ukuran 32B-ku. Kurasakan kedua ujung dadaku mulai menegak karena bersentuhan dengan perut lembut temanku ini. Felicia merangkapkan kakinya mengitari pinggangku, dan menyodor-nyodorkan selangkangannya, klitorisnya berusaha mendapatkan sebanyak mungkin gesekan.

“Ya ampun. Lisa, kamu betul-betul membuat saya senewen”, kata Felicia terengah-engah. Felicia mencoba menurunkan tangannya untuk mengelus-elus kelentitnya sendiri, tapi segera kucegah.
“Sabar”, kataku.
“Yang satu itu akan kutangani sebentar lagi.”
“Saya benar-benar perlu kau ewe sekarang”, mohonnya.
“Jangan terlalu terburu-buru”, balasku seraya menyembulkan lidahku ke dalam pusar Felicia, dan meninggalkan kecupan-kecupan basah menuruni perutnya. Felicia mengangkat pantatnya mencoba membimbing mulutku ke arah gerbang perempuannya. “Eat me, please!” jeritnya tak sabar. Kurebahkan diri di antara kedua paha Felicia, kugunakan tanganku untuk membuka lebar labianya. Kugunakan hidungku untuk membelah lipatan kelaminnya dan menghirup dalam-dalam. Keharuman kelamin Felicia menyengat inderaku. Aromanya jauh lebih terasa dibandingkan dengan bau cairanku sendiri. Bibir dalam dari kemaluan Felicia yang berwarna merah muda menyelinap keluar, dan sekresi kewanitaannya menjadikan bibir tersebut benar-benar kontras dengan bibir luar kemaluannya yang berwarna merah gelap. Lalu perlahan kutarik kulit pelindung kelentitnya, menjadikan klitorisnya yang bengkak mencuat keluar, dan kucolek dengan menggunakan jari telunjuk.
“Kau ini benar-benar centil tukang goda. Saya benci, deh”, rintih Felicia.
“Pembohong”, sahutku. Kelentitnya betul-betul keras dan tegang, dan berdetak kencang saat kusentuh. Kutiup tonjolan ini, dan pinggul Felicia terangkat, menyambut mulutku. Ia benar-benar basah, dan kuusapkan seluruh wajahku di sekujur kelaminnya. Pipi, hidung dan mulutku berlumuran cairan hangatnya. “Lisa, please”, minta Felicia, jemari tangannya menelusuri rambut kepalaku. “Vagina saya butuh sekali.” Akhirnya kuputuskan untuk memenuhi. Menarik napas panjang, kupejamkan kedua mataku. Lidahku menelusur sepanjang garis celah kelamin Felicia. Bibir-bibir lembut Felicia membuka dan kukecup tempat paling rahasia di dunia, surga kecil di belahan paha seorang gadis. Kucicipi sari vagina Felicia, dan rasanya ternyata lebih manis lagi daripada aromanya. Kurenggangkan pahanya lebar-lebar dan kucelupkan lidahku ke dalam lubang kecil merah muda yang hangat dan lembab milik temanku.

Dinding-dinding manis kemaluannya bergerak-gerak membuka dan menutup, menjerat lidahku erat-erat. Aku menyedot dan menjilat bagaikan hidup matiku bergantung kepadanya, memberikan Felicia orgasme terhebat yang pernah dia alami. Mengunyah kelamin Felicia adalah mungkin hal paling erotis yang pernah kualami. Aromanya memenuhiku dengan gairah saat kujilat, kusedot, dan kutelan air keluarannya. Aku benar-benar tersapu oleh kenikmatan terlarang dari berhubungan intim dengan seorang gadis dan saat itu kuputuskan bahwa seks dengan lelaki jatuh ke nomor tiga dalam urutan orgasmeku, setelah memakan vagina dan masturbasi.

Felicia sudah hampir sampai di puncak ketika kuperintahkan, “Berbaliklah, aku ingin jilat pantatmu.” Felicia segera menurut dan tak lama kemudan aku menyaksikan kelaminnya yang indah dari belakang, seluruh bagian kemaluannya merebak, dan sari-sarinya menetes berjatuhan. Seperti seekor anjing, kuendus-endus Felicia dari belakang. Kukecup gundukan-gundukan padat milik temanku, lalu kulebarkan keduanya, dan kujilat pertengahannya dari atas ke bawah. Campuran dari keringatnya yang keasinan, sirup liang surganya yang manis, dan rasa keasaman dari anusnya adalah rangsangan yang tak ada duanya. Kuselipkan kembali lidahku ke dalam kemaluannya, dan kumasukkan ujung hidungku ke celah pantatnya yang terlihat berkerut.

Menjilat habis Felicia memberikanku dorongan yang kuat, namun juga terasa sungguh lembut dan manis, sungguh feminin. Susah kubayangkan sesuatu yang lebih indah dari dua wanita saling bercinta. Saat itu kutemukan rahasia cinta-wanita dan aku pun ketagihan, rasanya ingin merangkak ke dalam celah milik kawanku ini dan tinggal di situ selamanya. Sementara kulumat dengan ganasnya, kumasukkan jari tengahku ke dalam vaginaku sendiri. Lalu dengan mulut penuh menampung air liurku dan cairan sekresinya kubasahi anus Felicia. Perlahan jari tengahku yang basah terbalut pelumasku sendiri kudorong melalui kerutan lubang pantatnya yang mungil. Felicia terasa benar-benar hangat dan lembut di dalam dan aku bisa merasakan otot-ototnya berkontraksi untuk menahan jariku di situ. Kudengar partnerku mengerang-erang dalam bahasa Spanyol yang walaupun tak kumengerti namun ekspresi universal seorang gadis di ambang orgasme bisa kupahami.

Felicia menutupi mukanya dengan sebuah bantal dan tak bisa berhenti merintihkan jeritan-jeritan kenikmatan. “aah, Dios Mio!” serunya ketika jari-jariku yang lain bergulir di klitorisnya. Dielus, dijepit, dan diperah seperti itu membuat kelentit Felicia menjadi betul-betul sensitif. Mengetahui bahwa kami berdua benar-benar dekat dengan puncak, Felicia dengan cepat melempar bantal yang menutupi mukanya, dan mengerang, “Seb… sebentar.” Kuhentikan gerakanku dan didorongnya tubuhku, menjadikanku telentang di ranjang dengan kedua kakiku terkangkang lebar. Dengan gerakan cepat tangan kiri Felicia meraih pergelangan kaki kiriku dan mengangkat, meletakkan kakiku di pundaknya sementara dengan tangan kanannya mendorong lutut kananku, melebarkan labiaku.

Memposisikan bagian bawah dari tubuh langsingnya di antara kedua pahaku, Felicia berkata, “Itilku dan itilmu.” Dengan dua jari kutarik ke atas kulit depan klitorisku sementara Felicia melakukan hal yang sama dengan klitorisnya sendiri, lalu Felicia pun bergeser sehingga kedua kemaluan kami bertemu. Perasaanku saat itu tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Melalui kerimbunan hitam rambut kelaminku kulihat coklat lembut rambut kelamin Felicia sementara dadanya yang putih mulus dan memerah karena gairah terlihat kontras bergesekan dengan betisku yang kuning langsat. Kedua vagina kami, dengan labia yang basah saling menghempas, saling menjalin, dan saling melelehi menjadi satu. Felicia bergerak memutar-mutar selangkangannya dan kedua kelentit kami yang mencuatpun saling bergesekan. “aah, ahh, yess.. yess”, kupejamkan mata dan perlahan kuremas-remas dadaku dengan tanganku yang bebas. “Ooooh, ngh… aakh”, kurasakan cengkeraman tangan Felicia meninggalkan pergelangan kakiku saat ia menengadah dan tubuhnya mulai terkejang-kejang. Kurasakan bagian bawah tubuhku bergerak-gerak seperti kehilangan kontrol, maju mundur naik turun bagaikan piston. “Ooooh… yeeee… eesssh…!” seru kami bersamaan saat kedua kelentit kami saling bergesekan dengan kencangnya. Tubuhku menggelinjang hebat, Felicia mengejang dan terasa waktu pun menghilang saat secara bersamaan vagina kami menyemburkan cairan kental orgasme.

Sekali, dua kali, dan tiga kali gelombang orgasme menghempas Felicia, dan bahkan saat terbaring lunglai di sisiku pun tubuh seksinya masih bergemetar. Kulingkarkan lenganku di bahunya, dan kurangkul kekasih baruku erat-erat. Kukecup pipinya lembut. Felicia membuka matanya, menyambar bibirku dan melumat mulutku. “Idih, kau berasa seperti vagina”, katanya. “Ayo kita melarikan diri saja, dan bercinta selamanya”, kusuarakan angan-angan di benakku. “Kedengarannya nikmat”, balas Felicia. Kami kembali berciuman dan kurasakan tangan Felicia kembali meraba-raba rimbunan hitamku yang sekarang benar-benar basah kuyup tersiram sekresi kami berdua.

Kubiarkan diriku pasif terbaring di pelukan Felicia cukup lama sementara dia bermain dengan bagian bawahku. Belaian-belaiannya lembut seolah ia menghapal seluruh tonjolan dan lipatan-lipatan vaginaku. Lalu Felicia menelentangkan diri. “Ayo kita ngentot lagi”, katanya sembari menggoyang-goyangkan tubuh mengatur posisi. “Ayo duduk di muka saya”, perintahnya. Aku pun berlutut, menunggangi kepalanya, dan mulai menurunkan kemaluanku ke wajah cantik Felicia. Felicia memiliki lidah yang betul-betul panjang dan aku pun mulah mendesah dan mengerang ketika ia melesakkan lidahnya ke dalamku senti demi senti. Urat-urat dalam vaginaku otomatis mencengkram erat lidah Felicia sementara pinggulku bergerak melingkar dengan perlahan, benar-benar larut dalam ulasan lidah Felicia. Mulutku terasa kering dan aku pun merasa betul-betul perlu melahap vaginanya lagi.

Kuputar posisiku, kurendahkan kepalaku dan kami bercinta dalam posisi enam sembilan. Kembali kulimpahkan segala perhatianku ke kelamin partnerku, menyibakkan labianya yang hangat, dan ketika kukecap pelumas Felicia yang mulai mengucur kembali, kurasakan jarinya yang giliran menjelajahi pantatku. Nafasku kembali terengah-engah sementara lidah Felicia membelai-belai jauh ke dalam rahimku dan jarinya menjelajahi bagian belakangku.

“Uuuuuuuuh ….. uuungh … unghh” seruku tertahan-tahan sebab mulut dan hidungku terselimut ke perempuanan Felicia sementara dia pun mengeluarkan suara-suara yang serupa. “Ah! Aah! aah! Lagi…” otot-otot vaginaku menggeletar saat Felicia menggigit lembut klitorisku.

“Auh!”
“Yaah!” kurasakan geliginya mengitari kacangku.
“Oooooh… yeessh.. sssh…” kulingkari kelentitnya dengan bibirku dan kusedot keras-keras.
“Yes… yes… yeee… eee.. sh!”
“Yeeeessshh…. mmh… mffffh…” ujung lidah kami berdua mengulas-ulas kedua kelentit dengan gerakan sangat cepat, kurasakan seluruh urat kedua vagina kami mengencang dan mengendur di luar kontrol dan kami pun kembali tenggelam, orgasme membanjir keluar.

Setelah kembali mengatur nafas, kulepaskan diriku dan kuhempaskan diriku di samping Felicia supaya kami bisa saling bertatapan wajah. Dengan lengan dan kaki kami saling merangkum, kami bersentuhan berciuman lembut, betul-betul kehabisan tenaga dan kecapaian. “Mudah-mudahan besok saya bangun sebelum kau bangun”, katanya setengah bermimpi. “Memangnya ada apa?” seraya menyibakkan rambutnya ke samping, mengecupi pipi, hidung, dan kelopak matanya yang terpejam. “Sebab, hal pertama yang saya ingin kamu lihat besok pagi adalah wajah saya tersenyum di antara kedua pahamu”, jelasnya. Oh, rasanya sekarang ini saya sudah jatuh cinta”, kataku lembut. “Sini, saya jaga biar tetap hangat”, katanya sambil merangkum kemaluanku ke dalam telapak tangannya yang memang hangat. Kukecup kembali bibirnya, dan sementara kami berdua berpelukan erat, kunikmati kehangatan lembab semak-semaknya yang bersandar ke pahaku. Setelah selama beberapa lama hanya desiran mesin pendingin udara yang terdengar, melalui dinding terdengar suara-suara dua orang gadis dari kamar sebelah. Tak mungkin tidak, mereka sedang bercinta.

“Kan, sudah saya bilang. Semua cewek berbuat hal yang sama”, kata Felicia sambil tersenyum lebar. “Mungkin besok kita perlu mengunjungi tetangga sebelah dan mengundang mereka untuk mampir”, sahutku setengah tertidur.
“Tapi itu artinya saya harus membagi kau dengan mereka”, kata Felicia.
“Betul”, gumamku setengah bermimpi,
“Tapi ingatlah bahwa itu juga artinya kamu bakal punya tiga buah vagina yang lembek dan basah untuk dilahap ditambah tiga mulut hangat untuk melayanimu.”
“mm”, katanya sembari membasahi bibir.
“Betul juga. Mari kita beramah-tamah dengan mereka besok.”
Kami kembali berciuman lembut, dan tak lama kudengar desahan-desahan indah dari kedua gadis sebelah kamar hotel kami. Akhirnya, gadis pertama menjeritkan puncak kenikmatannya, diikuti segera dengan jeritan orgasme temannya. Aku tersenyum sendiri, dan sebelum kami berdua jatuh tertidur, kubalas merangkum kewanitaan Felicia dengan telapak tanganku, menyongsong alam impian.

Selengkapnya - Cerita Panas - Gairahku waktu di luar negeri

Cerita Panas - Mojang Bandung

Beberapa tahun lalu ketika perusahaan tempatku bekerja mendapatkan kontrak suatu proyek pada sebuah BUMN besar di Bandung, selama setahun aku ngantor di gedung megah kantor pusat BUMN itu. Fasilitas di gedung kantor ini lengkap. Ada beberapa bank, kantor pos dan kantin. Kantorku di lantai 3, di lantai 1 gedung ini terdapat sebuah toko milik koperasi pegawai BUMN ini yang menyediakan kebutuhan sehari-hari, mirip swalayan kecil. Ada 3 orang pegawai koperasi yang melayani toko ini, 2 diantaranya cewek. Seorang sudah berkeluarga, satu lagi single, 22 tahun, lumayan cantik, putih dan mulus, mungil, sebut saja Sari namanya.

Awalnya, aku tak ada niat “mengganggu” Sari, aku ke toko ini karena memang butuh makanan kecil dan rokok. Sari menarik perhatianku karena paha mulusnya “diobral”. Roknya selalu model mini dan cara duduknya sembarangan. CD-nya sempat terlihat ketika ia jongkok mengambil dagangan yang terletak di bagian bawah rak kaca etalase. Aku jadi punya niat mengganggunya (dan tentu saja ingin menyetubuhinya) setelah tahu bahwa Sari ternyata genit dan omongannya “nyrempet-nyrempet”. Niatku makin menggebu setelah Sari tak menunjukkan kemarahan ketika beberapa kali aku menjamah paha mulusnya dan bahkan sekali aku pernah meremas buah dadanya. Paling-paling ia hanya menepis tanganku sambil matanya jelalatan khawatir ada orang yang melihatnya. Tentu ini ada “ongkosnya”, yaitu aku tak pernah minta uang kembalian.

Agar bisa bebas menjamah, aku pilih waktu yang tepat jika ingin membeli sesuatu. Ternyata pada pagi hari ketika toko baru buka atau sore hari menjelang tutup adalah waktu-waktu “aman” untuk mengganggunya. Kenakalanku makin meningkat. Mulanya hanya mengelus-elus paha, kemudian meremas buah dada (masih dari luar), terus menyusupkan tangan ke BH (kenyal, tak begitu besar sesuai dengan tubuhnya yang sedang), lalu menekan-nekan penisku yang sudah tegang ke sepasang bulatan pantatnya yang padat. Bahkan Sari sudah “berani” meremas penisku walau dari luar. Entah kenapa Sari mau saja kuganggu. Mungkin karena aku memakai dasi sehingga aku dikiranya manager di BUMN ini, padahal aku hanya staf biasa di perusahaanku. Aturan perusahaan memang mengharuskan aku pakai dasi jika kerja di kantor klien.

Aku makin penasaran. Aku harus bisa membawanya, menggeluti tubuhnya yang padat mulus, lalu merasakan vaginanya. Mulailah aku menyusun rencana. Singkatnya, Sari bersedia kuajak “jalan-jalan” setelah jam kerjanya, pukul 5 sore. Tentang waktu ini menjadi masalah. Walaupun jam kerja resmiku sampai pukul 17, tapi aku jarang bisa pulang tepat waktu. Seringnya sampai jam 19 atau 20. Aku coba menawar jamnya agak malam saja. Tak bisa, terlalu malam kena marah mamanya, katanya. Okelah, nanti cari akal mencuri waktu. Pada hari yang telah disepakati, Sari akan menunggu di jalan “D” pukul 17.10. Dari kantor ke jalan “D” memang makan waktu 10 menit jalan kaki.

Pukul lima seperempat aku sudah sampai di jalan D. Kulihat Sari berdiri di tepi jalan, tapi tak sendirian. Bu Maya (sebut saja begitu) kawan sekerjanya yang telah berkeluarga ada di sampingnya. Celaka. Tadi Sari bilang sendirian. Kalau bawa orang lain bisa terbongkar belangku oleh kawan kantor. Hal ini sangat kuhindari.
“Bu Maya cuma mau nebeng sampai halte”, kata Sari seolah mengetahui kekhawatiranku. Syukurlah. Tapi, peristiwa ini harusnya tak seorangpun boleh tahu.
“Tenang aja Mas.., rahasia dijamin, ya Sari”, kata Bu Maya sambil mengedip penuh arti.

Setelah menurunkan Bu Maya di halte, aku langsung mengarah ke Setia Budi. Kalau sudah ada cewek duduk di sampingku, seperti biasa mobilku langsung cari hotel, wisma, guest-house, atau apapun namanya yang bertebaran di daerah Setia Budi. Daerah yang sudah beken di antara para peselingkuh, sebab sebagian besar tempat-tempat tadi menyediakan tarif khusus, tarif “istirahat” antar 3-6 jam, 75 % dari room-rate.

Sari membiarkan tanganku mengelus-elus pahanya yang makin terbuka ketika duduk di mobil. Penisku mulai bangun membayangkan sebentar lagi aku bakal menggeluti tubuh mulus padat ini.
“Ke mana Mas..”, tanya Sari ketika aku menghidupkan lampu sein ke kanan mau masuk ke Hotel GE.”Kita cari tempat santai..”, jawabku.”Jangan ah. Lurus aja”.
“Ke mana..”, aku balik bertanya.
“Kata Mas tadi mau jalan-jalan ke Lembang..”.
Aku jadi ragu. Selama ini Sari memberi sinyal “bisa dibawa”, tapi sekarang ia menolak masuk hotel. Tanganku kembali ke pahanya, bahkan terus ke atas meraba CD-nya. “Ih, Mas.., dilihat orang”, sergahnya menepis tanganku. Memang pada waktu yang bersamaan aku menyalip motor dan si pembonceng sempat melihat kelakuan tanganku.

Kami sampai di Lembang. Aku bingung. Tadi sewaktu aku mau belok kiri ke Hotel “Kh” lagi-lagi Sari menolak. Mau ngapain di Lembang? Ke Maribaya? Ah, itu tempat wisata, susah untuk “begituan”. Lebih baik mampir dulu buat minum sambil mengatur taktik.
“Kita minum dulu ke sini, ya..?”, ajakku untuk mampir di tempat minum susu segar yang biasa ditongkrongi anak-anak muda.
“Mau minum susu? Engga.., ah. Mendingan minum susu Sari aja..”. Aku tak heran, bicaranya memang suka “nyrempet”.
“Boleh..”, kataku sambil memindahkan tanganku dari paha ke belahan kemejanya, menyusup ke balik BH-nya, meremas. Tak ada penolakan. Daging bulat yang ‘mengkal’. Tak begitu besar tapi padat. Puting yang hampir tak terasa, karena kecil. Celanaku terasa sesak. Sampai di perempatan aku harus ambil keputusan mau ke mana? Lurus ke Maribaya. Kanan kembali ke Setia Budi. Kiri ke arah Tangkuban Perahu. Kulepas tanganku dari “susu segar” Sari, aku belok kiri. Tangan Sari kuraih kuletakkan di selangkanganku, lalu tanganku kembali ke susu segarnya. Tangannya memijit-mijit penisku (dari luar). Berbahaya sebenarnya. Kondisi jalan yang penuh tikungan dan tanjakan sementara konsentrasi tak penuh.

Hari mulai gelap, aku belum menemukan solusi masalahku, di mana aku akan menggumuli Sari? Di tepi kanan jalan ke arah Tangkuban Perahu itu banyak terdapat kedai-kedai jagung bakar. Kubelokkan mobilku ke situ, mencari tempat parkir yang mojok dan gelap.
“Mau makan jagung?”, tanyanya.
“Iya”, jawabku. Makan “jagung”-mu.

Kuperiksa keadaan sekeliling mobil. Gelap dan sepi. Segera kurebahkan jok Sari sampai rata, kuserbu bibirnya. Sari menyambut dengan permainan lidahnya. Tanganku kembali meremasi bukit kecil kenyal itu sambil secara bertahap mencopoti kancing kemejanya. Sari melepaskan ciuman, bangkit, memeriksa sekeliling.
“Jangan khawatir.., aman”, kataku.
“Mau minum susu..?”, tawarnya. Tawaran yang naif, sebab jawabannya begitu jelas. Sari menarik sendiri sepasang ‘cup’-nya ke atas sehingga sepasang bukit putih itu samar-samar tampak. Dengan gemas kulumat habis-habisan buah dadanya. Sekarang tonjolan putingnya lebih jelas, karena mengeras. Tanganku menyusup ke balik CD-nya. Rambut kelaminnya yang tak begitu lebat itu kuusap-usap. Sementara ujung telunjukku memencet clitorisnya.
“aahh”, desahnya.
Tangannya kutuntun ke selangkanganku. Ia meremas.
“Buka kancingnya Sar..” Sari menurut, dengan agak susah ia membuka kancing, menarik ritsluiting celanaku dan “mengambil” penisku yang telah keras tegang.

Beberapa menit kami bergumul dengan cara begini. Sampai ketika ujung jariku mulai masuk ke “pintu” vaginanya, Sari berontak, bangkit, lagi-lagi men-cek keadaan. Di depan terlihat 2 orang pejalan kaki menuju ke arah kami. Sari cepat-cepat mengancingkan kemejanya, kutangnya belum sempat dibereskan. Sementara aku kembali ke tempatku. Penisku masih kubiarkan terbuka berdiri tegak. Toh tidak akan kelihatan. Kami berlagak “alim” sampai kedua orang itu lewat. Kembali kami bergumul. Keteganganku yang tadi sempat turun oleh “gangguan” orang lewat, kini naik lagi. Pintu vagina Saripun sudah basah. Saatnya untuk mulai. Kupelorotkan CD Sari. Tapi, masa kutembak di mobil? Rupanya Sari berpikiran sama.
“Jangan.., Mas.., banyak orang..”
“Makanya.., kita cari tempat, ya..”
Sari berberes sementara aku menstart mobil. Aku menyetir dengan posisi penisku tetap terbuka tegang.
“Si joni udah engga tahan ya..”, goda Sari.
“Iyyaa.., sini..”, kuraih tangannya menuju ke penisku. Dielus-elus.

Tempat terdekat yang sudah kukenal adalah Hotel “Kh”, sedikit di bawah Lembang. Dari jalan raya kubelokkan mobilku masuk ke lorong jalan khusus ke hotel Kh.
“Hee.., stop.., stop Mas..”, serunya.
“Lho.., kita ‘kan cari tempat..”, aku menginjak rem berhenti. Sari diam saja.
“Di sini aman, deh Sar..”.
“Udah malem.., Mas.., Lain kali aja ya?”, Aku mulai jengkel. Si “Joni” mana mau mengerti lain kali.
“Ayolah.., Sar, sebentar aja, sekali aja..”.
“Maaf Mas, lain kali saya mau deh.., bener. Sekarang udah kemaleman. Saya takut dimarahin Mama”, Aku diam saja, jengkel.
“Bener.., Mas. lain kali saya mau..”, katanya lagi meyakinkanku.
Aku mengalah, toh masih banyak kesempatan. Aku kembali menuju Bandung. Kira-kira 100 m sebelum hotel GE, kembali aku membujuk Sari untuk mampir. Lagi-lagi Sari menolak sambil sedikit ngambek. Aku terus tak jadi mampir.

Sampai di jalan lurus menjelang terminal Ledeng, macet sekitar seratusan meter. Tempat ini memang biasa macet. Selain keluar/masuknya angkot, juga ada pertigaan jalan Sersan Bajuri. Iseng mengantre, kuambil tangan Sari ke penisku yang masih belum “kusimpan”, Sari menggosoknya. Lepas dari kemacetan tiba-tiba Sari memberi tawaran yang nikmat.
“Mau dicium..?”.
“Dengan senang hati”.
Segera saja Sari membungkuk melahap penisku yang sudah tegang lagi. Kepalanya naik turun di pangkuanku. Nikmatnya.., Baru kali ini aku menyetir sambil dikulum. Aku memperlambat jalan mobilku, menikmati kulumannya sambil mata tetap mengawasi kendaraan lain. Sementara rasa nikmat menyelimuti bawah badanku, deg-degan juga dengan kondisi yang “aneh” ini. Sampai di pertigaan jalan Panorama macet lagi. Situasi ramai. Kuminta Sari melepas kulumannya, banyak orang lalu-lalang. Lepas dari kemacetan kembali Sari memainkan lidahnya di leher penisku. Ada untungnya juga jalanan macet. Aku punya waktu untuk menurunkan tensi sehingga bisa bertahan lama. Oohh.., sedapnya lidah itu mengkilik-kilik leher dan kepala kelaminku. Nikmatnya bibir itu turun naik menelusuri seluruh batang penisku. Sayangnya, aku harus membagi konsentrasiku ke jalan.

Menjelang pertigaan Cihampelas Sari melepas jilatannya, bangkit melihat sekeliling.
“Sampai di mana nih?”, tanyanya terengah.
“Hampir Cihampelas”, jawabku.
“Mampir ke Sultan Plaza.., ya Mas..”.
“Mau ngapain?”.
“Mama tadi pesan”.
Okey, mendadak aku ada ide untuk melepaskan ketegangan selepas-lepasnya tanpa terpecah konsentrasi. Aku masuk ke Plaza, cari tempat parkir yang aman, di belakang bangunan. Sengaja kupilih tempat yang gelap. Kucegah Sari membuka pintu hendak turun.
“Oh ya.., sini Sari rapiin”. Kutarik kepala Sari begitu ia membungkuk akan merapikan celanaku.
“Terusin.., Sar..”, perintahku.

Sari bangkit lagi. Kukira ia mau menolak, tahunya hanya melihat sekeliling. Aman. Kembali kepala Sari turun-naik mengulum penisku. Kini aku bisa konsentrasi ke rasa nikmat di ujung penis. Sari memang pintar berimprovisasi. Kelihatannya ia sudah biasa ber-oral-seks. Lidahnya tak melewatkan seincipun batang kemaluanku. Kadang ditelusuri dari ujung ke pangkal, kadang berhenti agak lama di “leher”. Kadang bibirnya berperan sebagai “bibir” bawahnya, menjepit sambil naik-turun. Terkadang nakal dengan sedikit menggigit. Aku bebas saja mendesah, melenguh, atau bahkan menjerit kecil, tempat parkir yang luas itu memang sepi. Ketika mulutnya mulai melakukan gerakan “hubungan kelamin”, perlahan aku mulai “naik”, rasa geli-geli di ujung sana semakin memuncak. Saatnya segera tiba.
“Dicepetin.., Sar..”. Sari bukannya mempercepat, malah melepas.
“Uh, pegel mulut saya..”.
“Sebentar lagi.., Sar..”.

Kembali ia melahap. Kali ini gerakan kepalanya memang cepat. Aku menuju puncak. Sari makin cepat. Sebentar lagi.., hampir..! Sari mempercepat lagi, sampai bunyi. Hampir.., hampir.., dan “Creett”, Kusemprotkan maniku ke dalam mulut Sari. Aku melayang.
“Uuhh” Sari melepaskan kulumannya, “Crot..”, kedua dan seterusnya ke celana dan perutku.
“Iihh.., engga bilang mau keluar.., jijik..”, katanya sambil mencari-cari tissu.Aku rebah terkulai. Sementara Sari membersihkan mulutnya dengan tissu.
Beberapa saat kemudian.
“Yuk.., Mas.., turun”.
“Entar dong..”, Aku bersih-bersih diri. Celaka, noda yang di celana tak bisa hilang.
“Kamu sendiri deh”.
“Sama Mas dong..”.
“Ini.., engga bisa ilang”, kataku sambil menunjuk noda itu.
“Bajunya engga usah dimasukin”, sarannya. Betul juga.
Akhirnya aku membayar belanjaan Sari. Aku diminta ikut belanja karena maksudnya memang itu. Aku juga memberinya uang dengan harapan agar lain kali bisa kusetubuhi.

Esoknya ketika aku membeli rokok, Sari kelihatan biasa saja tak berubah. Masih genit dan sedikit manja. Peristiwa semalam tak mengubah prilakunya. Aku yang makin penasaran ingin menidurinya. Pernah suatu pagi sekali tokonya belum buka tapi Sari sudah datang sendirian sedang merapikan barang-barang, kukeluarkan penisku yang sudah tegang karena sebelumnya meremas dadanya. Kuminta Sari mengulumnya di situ.
“Gila..! entar ada orang”.
“Belum ada.., ayo sebentar aja”.
Diapun mengulum sambil was-was. Matakupun jelalatan memperhatikan sekeliling. Kuluman sebentar, tapi membuatku exciting.
Setiap ada kesempatan untuk pulang jam 5, aku selalu mengajak Sari. Beberapa kali ia menolak. Macam-macam alasannya. Sedang mens, mau ngantar adik, ditunggu mamanya. Sayang sekali, sampai Sari pindah kerja aku tak berhasil menidurinya.

Tapi kemarin, setelah hampir 2 tahun, aku ketemu Sari di BIP berdua dengan teman cewek. Dia rupanya sudah tidak bekerja di toko koperasi itu lagi, sekarang kerja di Bagian Administrasi di sebuah Guest House. Jelas aku mencatat nomor teleponnya. Letak tempat kerjanya tak jauh dari kantor itu. Hanya, kemungkinan ketemu kecil, sebab proyekku di kantor itu telah selesai. Aku penasaran!

Tamat

Selengkapnya - Cerita Panas - Mojang Bandung

Kamis, 17 Maret 2011

Cerita Panas - Ulah biadab 4 teman cewekku

Cerita Panas - Mungkin anda semua berpikir kalau korban perkosaan pasti adalah wanita, namun tidak
demikian dengan saya. Yang saya alami ini adalah nyata.


Perkenalkan, nama saya Andi. Saat ini saya berusia 22 tahun. Secara fisik banyak
yang bilang saya tampan. Namun bisa dibilang saya ini culun abis dan agak kurang
pergaulan. Sejak dari SD saya terbiasa mengancingkan kerah baju bagian atas. Dan
entah kenapa sampai saat ini, saya nyaman-nyaman saja dengan penampilan saya itu
meskipun banyak yang bilang culun. Saya juga sudah sangat sering menjadi korban
jahil teman-teman.


Kejadiannya kurang lebih 6 tahun yang lalu, ketika saya masih SMA kelas 1. Hari itu
hari sabtu. Semua terasa biasa saja, sampai jam menunjukkan pukul 3 yang merupakan
waktu pulang sekolah. Kejadian itu takkan pernah saya lupakan. Saya
merupakan anak terakhir yang meninggalkan kelas pada saat itu.
Karena rasa kebelet kencing saya sudah tidak terelakkan, saya bergegas ke kamar
kecil. Begitu sampai disana, langsung kubuka resleting dan piss curr,…. (*maaf,
memang saya merasa kurang nyaman dengan celana dalam, jd saya hampir tidak prnah
mmakai celana dalam, hehe). Selanjutnya saya bergegas keluar dari kamar mandi dan
selanjutnya pulang.


Tiba-tiba begitu melewati depan kamar mandi wanita, ada seorang teman sekelas saya
wanita menyapa. namanya Jenny.
“Hai ndi, blum pulang?” tanya Jenny.
“Iya Jen, ini baru mau pulang” jawabku.
“Mau bareng gak?” tanya Jenny.
“Oh, nggak usah Jen. Aku ngekos didepan situ kok” jawabku.
“Hmmm, yaudah” jawab Jenny agak ketus.
“Duluan ya Jen” aku pamit
Jenny tidak mnjawab. Tiba2 dia memanggilku.
“Eh, Andi sini dong” pinta Jenny.
“Ada apa?” tanyaku penasaran.
Tiba-tiba dari dalam kamar mandi muncul 3 orang temannya yang juga merupakan teman
sekelasku. Mereka langsung membekapku
dengan sapu tangan dan menyeretku ke dalam kamar mandi. Dari sapu tangan itu, aku
mencium bau-bau alkohol seperti yang biasanya ada di Lab. Kimia. Seketika itu aku
pun tak sadar.


Begitu sadar, aku merasa pusing sekali. Tapi aku bingung. Dimana aku?? Kenapa aku
masih mengenakan baju seragam lengkap?? Lalu aku menyadari bahwa aku ditidurkan
dengan tangan kakiku diikat dipojok-pojok kasur. Mulutku juga dilakban. Ada apa
ini?? Siapa yang menjahiliku??


Beberapa menit kemudian muncul seorang wanita yang kukenal. Tak lain tak bukan
adalah Jenny dan ketiga temannya, Rini, Eka, dan Cindy. “Welcome to my house, Andi”
kata Jenny sambil tersenyum. “Oh, tidak. Apa yang yang akan mereka lakukan padaku”
pikirku dalam hati. Kucoba meronta-ronta tapi mereka tidak menggubrisnya. Mereka
malah tertawa-tawa. Tiba-tiba Jenny bertanya pada Cindy, “Let’s start the party?”,
“Ok guys, Tancaaap!!” jawab Cindy.


Tiba-tiba mereka semua melepas semua pakaian mereka, alias telanjang atau bugil.
Seumur-umur baru kali itu saya
melihat wanita tanpa busana. Bahkan saya tidak pernah melihat bokep sebelumnya.
Secara alamiah penis saya tiba-tiba ereksi. Cindy melihatnya, kemudian berkata pada
Jenny “Jen, lihat tuh”. Mereka semua langsung tertawa terbahak-bahak begitu melihat
ada yang menonjol dari celana saya.


Tanpa instruksi, tiba-tiba Rini membuka resleting celana seragam abu-abu saya. Dia
kaget dan berkata “Parah!! Ni anak kagak pake kancut. Eh, tapi lumayan gede jg titit
lo”.
Aku yang sedang bingung dan ketakutan hanya terdiam saja.
“Gue nyicip duluan ye” kata Rini. Tiba-tiba dia langsung mengulum dan menghisap
penisku. Aku yang tidak tahu apa-apa tentang seks sebelumnya langsung terkejut.
Seperti disetrum rasanya. Inginku meronta-ronta tapi semua sia-sia. Ikatan tali itu
telalu kuat. Mulutku juga dilakban.


Tiba-tiba ada rasa seperti ingin kencing, tapi ini lain. Terasa nikmat sekali. Dan
“aaagghhh” aku merasakan ada cairan yang keluar dari penisku dan masuk ke mulut
Rini.
“Apa ini??” pikirku
“Hmm, boleh juga lo” kata Rini padaku.
“Ni, siapa mau? Tar klo uda gw lagi ye.” kata dia pada yang lain.
“Gampaang. Hari ini mpe besok, Andi buat kita. Hahahhaa” kata Jenny sambil tertawa.
“Apa?? Aku diginikan sampai besok?? Dimana orang-orang rumah ini??” pikirku dalam hati


Tidak seperti Rini, Jenny tidak mengulum penisku. Dia langsung memasukkan ke dalam
lubang di daerah pantatnya. “Apa ini vagina??” pikirku sambil ketakutan. Selanjutnya
Jenny menggenjotnya dengan penuh semangat.
“Aaagghh, tolong hentikan ini” pintaku dengan tidak jelas karena mulutku masih
dilakban.
Tiba-tiba rasa ingin kencing itu muncul lagi. Dan, akhirnya cairan itu keluar lagi.
Kali ini didalam vagina Jenny. Setelah cairan itu keluar, Jenny melepaskan vaginanya
dari penisku kemudian dia menjilati cairan sperma yang tersisa di penisku. Jenny pun
selesai denganku. Aku benar-benar merasa jijik dengan ulah mereka semua. Mereka
semua menyetubuhiku yang masih dengan seragam lengkap.


Jenny kemudian berkata pada Eka “Tuh, giliran lu”
“Nggak ah, gw ga ada nafsu sama sekali ma tu anak” jawab Eka.
“Parah lu, dasar lesbi” timpal Cindy.
“Biarin, EGP” jawab Eka.
“Alhamdulillah, cobaan ini telah berakhir” pikirku begitu Eka menolak menyetubuhiku.
Tapi aku baru sadar bahwa Cindy belum melakukannya.
“Yaudah, klo ga mau biar gw yang ngabisin, hahha” kata Cindy.
“Astagaaa” pikirku.


“Ok Ndi, ronde ke-3 dimulai. Are u ready?” tanya Cindy.
Aku menggeleng-gelengkan kepala minta ampun supaya dihentikan semua ini. Namun Cindy
tidak menggubrisnya. Seperti Rini, dia memulai dengan mengulum penisku. Karena sudah
agak loyo, kali ini spermaku keluar setelah hampir 20 menit. Setelah puas nyepong
aku, dia pun menjilati sisa-sisa sperma tanpa sisa. Dia benar-benar seperti
profesional dan aku yakin ini pasti bukan yang pertama baginya.
Aku benar-benar tersiksa dengan keadaan ini semua.


Ternyata dia masih melanjutkan ronde ke-4. Dia memasukkan penisku ke dalam
vaginanya. Tapi yang ini lain, aku benar-benar terbawa dalam permainannya dan aku
merasakan kenikmatan. Dia menggenjot dengan perasaan. Aku yakin dia benar-benar
profesional. Akhirnya aku pun orgasme dan cairan itu keluar di dalam vagina Cindy.
Setelah itu aku benar-benar merasa teler telah meladeni ketiga wanita itu.


Tiba-tiba Jenny bertanya “Mau makan Ndi?” Aku mengangguk. “Yauda, mandi sana dulu”
Lalu Jenny melepaskan ikatanku. Kemudian dia berkata “Jangan kabur lu. Lu mpe nyoba
kabur ga segan-segan gw potong tu penis. hahaha”
“Iya Jen” jawabku dengan takut. Kemudian aku pun mandi. Karena tak punya baju ganti,
kupakai lagi seragam putih dan celana abu-abu itu. Kemudian aku menuju ruang makan
dimana mereka berkumpul. “Ayo Ndi makan, ga usah malu-malu gitu lah” canda Cindy.
Aku hanya tersenyum. Setelah itu aku pun makan dengan lahapnya. Kemudian aku
bertanya “Kapan aku bisa pulang Jen?”
“Besok ya Ndi” jawab Jenny. “Karena….”
“Karena apa Jen” tanyaku.
“Karena malam ini lu belum selesai, hahaha” kata Jenny.
Seketika dia langsung mencengkeramku bersama 3 orang temannya dan mengikatku lagi
persis seperti posisi awal tadi.
“Oh, Tuhan. Cobaan belum usai” pikirku.
Dan seperti sebelumnya mereka menggilirku. Tapi kali ini aku sudah bisa agak
menikmati permainan mereka, meskipun dengan rasa agak tersiksa.


Keesokan sorenya aku diantarkan pulang oleh Jenny. Dia berpesan “kalo sampe lu
bongkar, lu mati!!”. Aku hanya mengangguk. Dan akhirnya sampai lulus SMA saya tetap
menjaga rahasia itu. Bahkan ketika dulunya masih bertemu dikelas, mereka pun
tersenyum-senyum dan saya membalasnya dengan senyum yang agak terpaksa. Yah,
setidaknya saya sedikit menikmat permainan mereka meskipun dengan agak tersiksa.


For Jenny, Cindy, Eka, Rini… Thank a lot.. You though me ’bout sex


Baca Juga : Perawan Buat Adikku tercinta

Selengkapnya - Cerita Panas - Ulah biadab 4 teman cewekku

Perawan Buat Adikku tercinta

Cerita Panas,Namaku Mona, umurku 24 tahun, aku sudah menikah dan mempunyai satu anak lelaki.. Berikut cerita panas ini aku ingin berbagi pengalamantentang hubunganku dengan adik kandungku sendiri.

Kejadian ini terjadi dua tahun yang lalu ketika aku berusia 22
tahun dan adikku berusia 18 tahun.

Kami adalah 3 bersaudara, kakakku Diana telah menikah dan ikut
suaminya, sedangkan aku dan adikku tinggal bersama orang tua
kami. Aku sendiri berperawakan sedang, tinggiku 160cm berat
badan 52kg, orang bilang aku montok, terutama pada bagian
pinggul/pantat. Payudaraku termasuk rata2 34 saja. Kulitku
yang putih selalu menjadi perhatian orang2 bila sedang
berjalan keluar rumah.

Aku mempunyai seorang pacar berusia 2 tahun diatasku, dia
adalah kakak kelas kuliahku. Aku dan pacarku berpacaran sudah
2 tahun lebih, dan selama itu paling jauh kami hanya melakukan
petting, sailng raba, saling cium dan saling hisap…..

Pacarku sangat ingin menerobos vaginaku jika saat petting,
tapi aku sendiri tidak ingin hal itu terjadi sebelum kami
menikah, jadi aku mengeluarkan air maninya dengan cara
swalayan, yaitu mengocok kontolnya. Aku juga kerap dipaksa
menghisap kontol pacarku yang mana sebenernya aku agak jijik
melakukannya.

Keseringan petting dengan pacarku membuatku menjadi haus akan
belaian lelaki dan selalu iingin disentuh, sehari saja tidak
dibelai rasanya tersiksa sekali… entah kenapa aku jadi
ketagihan… Sampai akhirnya kau sendiri melakukannya dengan
tanganku sendiri dikamarku sendiri. Sering aku meraba-raba
payudaraku sendiri dan mengusap-usap memeku sendiri sampai aku
orgasme.

Inilah kesalahan ku, aku tidak menyadari kalau selama ini
adikku John sering mengintip aku… ini aku ketahui setelah
dia mengakuinya saat berhasil membobol keperawananku, kakaknya
sendiri.

Awal mulanya, ketika itu aku, mamaku dan adikku John pergi ke
supermarket 500m dekat rumah. Karena belanjaan kami banyak
maka kami memutuskan untuk naik becak. Saat itu aku memakai
celana panjang ketat setengah lutut, dan karena kami hanya
naik satu becak, aku memutuskan untuk di pangku adikku,
sedangkan mamaku memangku belanjaan. Diperjalanan yang hanya
500m itu, ketika aku duduk di pangkuan adikku, aku merasakan
sesuatu bergerak-gerak dipantatku, aku sadar bahwa itu kontol
adikku, keras sekali dan berada di belahan pantatku. Aku
membiarkannya, karena memang tidak ada yang bisa kulakukan.
Bahkan ketika di jalan yang jelek, semakin terasa ganjalan
dipantatku. Karena aku juga sangat rindu belaian pacarku yang
sudah 3 hari tidak ke rumah, diam diam aku menikmatinya.

Sejak kejadian itu, aku sering melihat dia memperhatikan
tubuhku, agak risi aku diperhatikan adikku sendiri, tapi aku
berusaha bersikap biasa.

Suatu hari, aku dan pacarku melakukan petting di kamarku…
Aku sangat terangsang sekali… dia meraba dan membelai-belai
tubuhku. Sampai akhirnya pacarku memaksakku membuka celana
dalamku dan memaksaku untuk mengijinkannya memasukkan
kontolnya ke memekku. Tentu saja aku keberatan, walaupun aku
sangat terangsang tapi aku berusaha untuk mempertahankan
keperawananku. Dalam ketelajanganku aku memohon padanya untuk
tidak melakukannya. Dan anehnya aku malah berteriak minta
tolong. Hal ini di dengar oleh adikku John, dia langsung
menerobos kamarku dan mengusirnya, saat itu juga pacarku
ketakutan, karena memang badan adikku jauh lebih besar. Aku
lansung menutupi tubuhku yang telanjang dan aku yakin adikku
melihat ketelajanganku. Dan pacarku sendiri langsung memakai
pakaiannya dan pamit pulang.

Sejak itu, pacarku jadi jarang ke rumah. Dari selentingan
teman-teman ku, pacarku katanya mempunyai teman cewe lain yang
sering jalan dengannya. Tentu saja aku sedih mendengarnya,
tapi aku juga merasa beruntung tidak ternodai olehnya.

Suatu malam aku berbincang-bincang dengan adikku, aku
berterima kasih padanya karena dia telah menggagalkan pacarku
menodaiku. Aku kaget ketika adikku ngomong bahwa, aku ngga
bisa menyalahkan pacarku karena memang bodyku sexy sekali dan
setiap laki-laki pasti ingin merasakan tubuhku. Ketika
kutanya, jika setiap lelaki, apakah adikku juga ingin
merasakan tubuhku juga… dia menjawab:

“Kalau kakak bukan kakakku, ya aku juga pengen, aku kan juga
lelaki” aku sangat kaget mendengar jawabannya tapi aku
berusaha itu adalah pernyataan biasa, aku langsung aja tembak,
“emang adik pernah nyobain cewe?” dia bilang “ya, belum
kak”…. itulah percakapan awal bencana itu.

Malam harinya aku membayangkan bercinta dengan pacarku, kau
merindukan belaiannya… lalu aku mulai meraba-raba tubuhku
sendiri… tapi aku tetap tidak bisa mencapai apa yang aku
inginkan… sekilas aku membayangkan adikku… lalu aku
memutuskan untuk mengintip ke kamarnya… Malam itu aku
mengendap-endap dan perlahan-lahan nak keatas kursi dan dari
lubang angin aku mengintip adikku sendiri, aku sangat kaget
sekali ketika melihat adikku dalam keadaan tak memakai celana
dan sedang memegan alat vitalnya sendiri, dia melakukan onani,
aku terkesima melihat ukuran kontolnya, hampir 2 kali pacarku,
gila kupikir, kok bisa yah sebesar itu punya adikku… Dan
yang lebih kaget, di puncak orgasmenya dia meneriakkan
namaku… Saat itu perasaanku bercampur baur antar nafsu dan
marah… aku langsung balik kekamarku dan membayangkan apa
yang baru saja aku saksikan.

Pagi harinya, libidoku sangat tinggi sekali, ingin dipuaskan
adikku tidak mungkin, maka aku memutuskan untuk mendatangi
pacarku. Pagi itu aku langsung kerumah pacarku dan kulihat dia
sangat senang aku dating… ditariknya aku ke kamarnya dan kami
langsung bercumbu… saling cium saling hisap dan
perlahan-lahan baju kami lepas satu demi satu sampai akhirnya
kami telanjang bulat. Gilanya begitu aku melihat kontolnya,
aku terbayang kontol adikku yang jauh lebih besar darinya…
sepert biasa dia menyuruhku menghisap kontolnya, dengan
terpaksa aku melakukannya, dia merintih-rintih keenakkan dan
mungkin karena hampir orgasme dia menarik kepalaku.
“Jangan diterusin, aku bisa keluar katanya” lalu dia mula
menindihi ku dan dari nafasnya yang memburu kontolnya
mencari-cari lubang memekku… begitu unjung kontolnya nempel
dan baru setengah kepalanya masuk, aku kaget karena dia sudah
langsung orgasme, air maninya belepotan diatas memekku…
“Ohhhhh…” katanya.

Dia memelukku dan minta maaf karena gagal melakukan penetrasi
ke memekku. Tentu saja aku sangat kecewa, karena libidoku
masih sangat tinggi.
“Puaskan aku dong… aku kan belum…” rengekku tanpa
malu-malu. Tapi jawabannya sangat menyakitkanku…
“Maaf, aku harus buru-buru ada janji dengan sisca” katanya
tanpa ada rasa ngga enak sedikitpun. Aku menyembunyikan
kedongkolanku dan buru-buru berpakaian dan kami berpisah
ketika keluar dari rumahnya.

Diperjalanan pulang aku sangat kesal dan timbul kenginanku
untuk menyeleweng, apalagi selama diperjalanan banyak sekali
lelaki yang mengodaku dar tukang becak, kuli bangunan sampai
setiap orang di bis.

Begitu sampai rumah aku memergoki adikku yang akan pergi ke
sport club, dia mengajakku untuk ikut dan aku langsung
menyanguppinya karena memang aku juga ingin melepaskan
libidoku dengan cara berolah raga.

Di tempat sport club, kam berolah raga dari senam sampai
berenang dan puncaknya kami mandi sauna. Karena sport club
tersebut sangat sepi, maka aku minta adikku satu kamar
denganku saat sauna. Saat didalam adikku bilang “kak, baju
renangnya ganti tuh, kan kalau tertutup gitu keringatnya ngga
keluar, percuma sauna”

“Abis pake apa” timpalku, “aku ngga punya baju lagi”

“Pake celana dalem sam BH aja kak, supaya pori-porinya kebuka”
katanya

Pikirku, bener juga apa katanya, aku langsung keluar dan
menganti baju renangku dengan BH dan celana dalam, sialnya aku
memakai celana dalam G-string putih sehabis dari rumah pacarku
tadi… Tapi “ah, cuek aja.. toh adikku pernah liat aku
telanjang juga”.

Begitu aku masuk, adikku terkesima dengan penampilanku yang
sangat berani… kulihat dia berkali-kali menelan ludah, aku
pura-pura acuh dan langsung duduk dan menikmati panasnya
sauna. Keringat mencucur dari tubuhku, dan hal itu membuat
segalanya tercetak didalam BH dan celana dalamku… adikku
terus memandang tubuhku dan ketka kulihat kontolnya, aku
sangat kaget, dan mengingatkanku ke hal semalam ketika adikku
onani dan yang membuat libidoku malah memuncak adalah kepala
kontolnya muncul diatas celana renangnya.

Aku berusaha untuk tidak melihat, tapi mataku selau melirik ke
bagian itu, dan nafasku semakin memburu dan kulihat adikku
melihat kegelisahanku. Aku juga membayangkan kejadian tadi
pagi bersama pacarku, aku kecewa dan ingin pelampiasan.

Dalam kediaman itu aku tidak mampu untuk bertahan lagi dan aku
memulainya dengan berkata:

“Ngga kesempitan tuh celana, sampe nongol gitu”

“Ia nih, si otong ngga bisa diajak kompromi kalo liat cewe
bahenol” katanya

“Kasian amat tuh, kejepit. Buka aja dari pada kecekik” kataku
lebih berani

“Iya yah…” katanya sambil berdiri dan membuka celananya…

Aku sangat berdebar-debar dan berkali-kali menggigit bibirku
melihat batang kemaluan adikku yang begitu besar.

Tiba-tiba adikku mematikan mesin saunanya dan kembali ke
tempatnya.

“Kenapa dimatiin” kataku

“Udah cukup panas kak” katanya

Memang saat juga aku merasa sudah cukup panas, dan dia kembali
duduk, kami saling memandang tubuh masing-masing. Tiba-tiba
cairan di memekku meleleh dan gatal menyelimuti dinding
memekku, apalagi melihat kontol adikku.

Akal warasku datang dan aku langsung berdiri dan hendak
keluar, tapi adikku malah mencegahku “nanti kak”.

“Kan udah saunanya ” timpalku, aku sangat kaget dia berada
tepat di depanku dengan kontol mengacung ke arahku, antara
takut dan ingin.

“Kakak udah pernah gituan belum kak” kata adikku

“Belum” kataku, “emang kamu udah..?” lanjutku

“Belum juga kak, tapi pengen nyoba” katanya

“Nyoba gimana???? Nantikan juga ada saatnya” kataku berbalik
kearah pintu dan sialnya kunci lokerku jatuh, ketika aku
memungutnya, otomatis aku menunggingi adikku dan buah pantatku
yang besar menempel di kontolnya.

Gilanya aku malah tetap diposisi itu dan menengok ke arah
adikku. Dan tak kusangka adikku memegang pinggulku dan
menempelkan kontolnya dibelahan pantatku yang hanya tertutup
G-string.

“Oh kak…. bahenol sekali, aku pengen nyobain kak” katanya
dengan nafas memburu.

“Aw… dik ngapain kamu” timpalku tanpa berusaha merubah
posisiku, karena memang aku juga menginginkannya.

“Pengen ngentot kakak” katanya kasar sambil menekan batangnya
kepantatku.

Aku menarik pantatku dan berdiri membelakanginya, “Aku kan
kakakm John, inget dong”

Adikku tetap memegang pinggulku “tolong kak.. asal nempel
aja.. nga usah dimasukkin, aku ngga tahan banget”

“Tolong kak,” katanya memelas. Aku di suruh nagpain juga mau
kak, asal bisa nempelin aja ke memek kakak”.

Pikiranku buntu, aku juga punya libido yang tak tertuntaskan
tadi pagi.. dan membayangkan pacarku menunggangi sisca,
libidoku tambah naik..
“Persetan dengan pacar brengsek” batinku.

“Jangan disini” pintaku.

“Sebentar aja kak, asal nempel aja 1 menit” katanya meremas
pinggulku.

“Kakak belum siap” kataku.

“Kakak nungging aja, nanti aku panasin” katanya.

Bagai terhipnotis aku menuruti apa katanya, sambil memegang
grendel pintu, aku menungginginya dan dengam pelan-pelan dia
membuka G-stringku dan melemparkannya. Dan dia jongkok di
belakangku dan gilanya dia menjulurkan lidahnya menjilat
memeku dari belakang…

“Oh… ngapain kamu dik…” kataku tanpa melarangnya.

Dia terus menjulurkan lidah dan menjilati memekku dari
belakang.. ohhhh… gila pikirku… enak banget, pacarku saja
ngga mau ngejilatin memekku, adikku sendiri dengan rakus
menjilati memekku

“Gila kamu dik, enak banget, belajar dimana” rintihku… Tanpa
menjawab dia terus menjilati memekku dan meremas remas
bokongku sampai akhirnya lama-lama memekku basah sekali dan
bagian dalam memekku gatal sekali…

Tiba-tiba dia berdiri dan memegang pinggulku..
“Udah panas kak” katanya mengarahkan kontolnya kepantatku dan
memukul-mukul kepala kontolnya kepantatku….

“udah….” kataku sambil terus menungging dan menoleh ke arah
adikku…

“Jangan bilang siapa-siapa yah dik” kataku.

Adikku berusaha mencari lubang memekku dengan kepala kontolnya
yang besar… dia kesulitan…

“Mana lubangnya kak..” katanya.

Tanpa sadar aku menjulurkan tangan kananku dan menggengam
kontolnya dan menuntun ke mulut goaku…

“Ini dik” kataku begitu tepat di depannya, “gesek-gesek aja
yah dik”.

“Masukin dikit aja kak” katanya menekan kontolnya.

“aw… dik, gede banget sih” kataku, “pelan-pelan….”.

Begitu kepala kontolnya membuka jalan masuk ke memekku, adikku
pelan-pelan menekannya.. dan mengeluarkannya lagi sedikit
sedikit… tapi tidak sampai lepas… terus ia lakukan sampai
membuat aku gemas….

“Oh.. dik…. enak…. dik…. udah yah…” kataku
pura-pura…..

“Belum kak…. baru kepalanya udah enak yah….”

“Memang bisa lebih enak…???” kataku menantang.

Dan…. langsung menarik pinggulku sehingga batang kontolnya
yang besar amblas ditelan memekku”

Aku merasakan perih luar biasa dan “aw…. sakit dik…”
teriakku.

Adikku menahan batangnya didalam memekku ….
“Oh…kak…nikmat banget…..” dan secara perlahan dia
menariknya keluar dan memasukannya lagi, sungguh sensasi luar
biasa. Aku merasakan nikmat yang teramat sangat, begitu juga
adikku…

“Oh, kak… nikmat banget memekmu..” katanya.

“Ssssshhhh… ia dik… enak banget” kataku.

Lima belas menit dia mengenjotku, sampai akhirnya aku
merasakan orgasme yang sangat panjang dan nikmat disusul
erangan adkku sambil menggengam pinggulku agar penetrasinya
maksimum.

“Oh.. kak.. aku keluar.. nikmat banget…” katanya

Sejenak dia memelukku dari belakang, dan mulai mencabut
kontolnya di memekku…

“Ma kasih kak” katanya tanpa dosa dan memakaikan celanaku
lagi. Aku bingung bercampur menyesal dan ingin menangis.
Akulangsung keluar dan membersihkan diri sambil menyesali
diri.. “kenapa adikku????”

Dalam perjalanan pulang adikku berulang-ulang minta maaf atas
perbuatannya di ruangan sauna… Aku hanya bisa berdiam
merenungi diriku yang sudah tidak perawan lagi…

Kejadian itu adalah awal petualangan aku dan adikku, Karena
dua hari setelah itu kembali kami besetubuh, bahkan lebih gila
lagi.. kami bisa melakukannya sehari 3 sampai 5 kali sehari
semalam.

Satahun sudah aku di tunggangi adikku sendiri sampai ada
seorang kaya, kenalan bapakku melamarku, dan kami menikah.
Untungnya suamiku tidak mempermasalahkan keperawananku.

Akhirnya aku di karunia seorang anak dari suamiku, bukan dari
adikku.. karena aku selalu menjaga jangan sampai hamil bila
bersetubuh dengan adikku.

Sampai sekarang aku tidak bisa menghentikan perbuatanku dengan
adikku, yang pertama adikku selalu meminta jatah, dilain pihak
aku juga sangat ketagihan permainan seks

Koleksi Cerita Dewasa Terlengkap

TAMAT

Selengkapnya - Perawan Buat Adikku tercinta

Rabu, 16 Maret 2011

Ccerita Dewasa - Keperwananku yang Di ambil Pacarku

Cerita Dewasa - perkenalkan nama saya Lisa. saya gadis berumur 19 tahun.cerita sex saya berawal pada
saat saya berada di bangku sekolah menengah pertama.saat itu saya duduk di bangku
kelas 2, pada bulan februari saya bertemu dengan seorang laku-laki bernama Juda.


Juda duduk di bangku sekolah menengah atas. Kami saling jatuh cinta dan akhirnya
kami memutuskan untuk menjalin hubungan.Pada awal-awal masa pacaran kami hanya
melakukan oral sex, itupun aku lakukan karena aku takut kalau di kecewa dan
berpaling dariku (karena sebenarnya aku tidak mau). Kami sering sekali bertengkar
karena masalah yang sama yaitu karena aku selalu menolak setiap kali aku di ajak
berhubungan badan.
Itu aku lakukan karena aku ingin mempertahankan keperawananku saat
itu.Kejadian ini bermula saat orang tuaku pergi, karena kebiasaan kedua orang tua ku
kalau pergi pasti pulangnya pagi.aku menghubungi pacarku itu, aku menyuruhnya agar
ia cepat datang ke rumahq karena rumahku sedang sepi.selang 15menit
kemudian dia meneleponku dan mengatakan bahwa dia sudah ada diluar pagar rumahku.
aku pun mengambil kunci gembok pagar rumahku dan membukanya dengan hati-hati.


setelah pintu aku buka dengan cepat pacarku langsung lari ke arah kamarku. karena
kebetulan kamarku berada di paling depan dan ada pintunya.setelah aku kembali ke
kamar dia memastikan bahwa tidak akan ada celah untuk orang melihat dan masuk.Lalu
dia mulai menciumi bibirku, aku pun menyambutnya dengan penuh senang hati. sambil
menciumi aku dia mulai meraba-raba tubuhku. di mulai dari mengelus-ngelus pantatku,
kemudian naik ke ke dua buah dadaku.Lalu dia menjatuhkan ku di atas tempat tidurku.


dia terus menciumi aku dengan penuh nafsu, lalu kedua tangannya menerobos masuk ke
dalam buah dadaku yang masih kencang meskipun itu tidak terlalu besar hanya sebesar
satu kepalan tangan. dia mulai membuka baju tidurku dan dengan cepat ia
melepaskannya dari tubuhku, dan sekarang aku sudah setengah telanjang.


lalu mulutnya turun ke buah dadaku dan dia mulai menciumi buah dadaku sambil
menyedot-nyedot puting susuku yang kecil itu.tak lupa tangannya menyelinap masuk ke
dalam CD ku.setelah lama ia memainkan buah dadaku, kini ia melepas baju dan
celananya. tak lupa ia juga melepaskan bawahan yang masih aku pakai beserta CD yang
aku kenakan.dia pun mulai mengarahkan penis nya ke dalam mulutku, lalu aku kulum
dan aku jilati kepala batang kemaluannya itu.tak lama berselang lalu dia meminta ku
untuk memasukkan penisnya kedalam lubang vaginaku.


namun aku menolaknya. dia terus merayu dan entah setan apa yang masuk ke dalam
fikiranku saat itu lalu aku mau memasukkan penisnya ke dalam vaginaku dengan
syarat dia yang harus memasukkannya.


lalu aku di tariknya ke tepi tempat tidur dan dia mencoba memasukkan
kejantanannya ke dalam vagina ku. terasa sangat sakit seakan ada yang merobek
vaginaku. maklum karena aku sama sekali belum pernah melakukan hubungan badan.
karena melihatku kesakitan dia berhenti sejenak dan mencium bibirku.


setelah beberapa menit kemudian dia mulai memaju mundurkan batang penisnya itu ke dalam vaginaku
yang masih sempit itu.tanpa tersadar aku mendesah-desah sehingga ia semakin
bersemangat untuk memaju mundurkan batang kemaluannya, dan semakin cepat ia
memompa,lalu dia mengeluarkan batang penisnya dan keluarlah cairan mani di atas
perutku.setelah itu kami beristirahat sejenak.


pacarku meminta agar sekarang ganti aku yang berada di atas. akhirnya aku pun naik
ke atas tubuhnya. aku langsung memasukkan batang penis itu kedalam vagina ku.
lalu aku menaik turunkan tubuhku sambil aku menciumi pacarku itu,.


tak lama kemudian rasanya tubuhku bergetar dan merasakan akan ada cairan
yang keluar dari dalam vaginaku.


melihat aku seperti itu sekarang gnti pacarku yang berada di atas dan mempercepat genjotannya.
Arrgggggggggggggggggggggghhhhh.. keluarlah cairan cintaku,setelah itu
kami beristirahat.sesaat setelah kejadian itu pacarku merasa menyesal
karena telah memerawani aku. dia takut kalau aku hamil.


cerita kiriman dari member bokepzone


Baca Juga : Cerita Panas - Aku Diperkosa Tiga Orang Gadis

Selengkapnya - Ccerita Dewasa - Keperwananku yang Di ambil Pacarku

Cerita Lucu - Kumpulan Cerita Humor

Disebuah perempatan jln raya, lampu merahpun menyala tanda semua kendaraan bermotor harus berhenti. Dasar tukang becak biasalah..nylonong aje. nah bersamaan ama tukang becak, ada sepasang suami istri sedang mengendarai motor baru. sepasang suami istri ini bibirnya sumbing semua,na'udzubillah ye... kcian bgt. nah.. karena baru bisa ngendarai mtor jd kurang tahu tuh ame yang namanye rambu2. ngikut aje ma tukang becak yang nekat. tak ayal sempritanpun berbunyi, ehh maaf peluit coy. Munculah disana sorang POLWAN yang cantik menghampiri Bpk2 yang sumbing td. "Selamat siang bapak!!"POLWAN menyapa dgn suara lembut bgt, wiiih...mantep coy. Bpk2 itu langsung copot helm n tersenyum. Polwan itu langsung menginterogasi, "Bapak namanya siapa??". Bapak2 itu menjawab dengan begitu jelasnya "Memek lu nikmat", sambil menyodorkan kartu SIMnya. mendengar spt itu, Polwan cantik itu tersentak n memperlihatkan warna muka merahnya, alias marah. Namun sambil melihat kartu SIM bpk2 td akhirnya muka merah yang diperlihatkan mulai memutih kembali menampakkan kecantikannya sambil tersenyum manis. OOoo. nama bapak "MEMET RUKHIMAT". ( he..he..he.... ya iyalah bibirnye aje sumbing mana mungkin bs ngomong jelas ye?) maaf ye cm sekedar humor aje. Moga kita,istri kita,keturunan kita,saudara2 kita, tmn2 kita n semuanya diberi kesehatan. Amiin..
ada 4 orang mu shalat berjamaah, tapi saat itu imamnya gak datang,jadi : jawara,udin,aceng dan juned bingung….lalu mereka meminta jawara agar jadi imam

juned: jawara imam…?
jawara: gak mau…..?
aceng : kmu bisa jadi imam gak jawara ?….”"”
jawara : bisa lah …jawara dilawan…..?
udin :Ya udah Kalo gitu kamu yang jadi imam
jawara mikir bingung kerena terlanjur berkata sombong

mereka b3 pun marah..jawara imam cept,,…?

jawara ; ia ia ia…

kemudian mereka shalat berjamaah

tapi PAS rakaat ke 2 udin kentut

juned : sapa ni yang kentut
udin : aku….?
aceng : jangan bicara….kan lagi solat…ntar malah batal….
jawara sang imam : untung gua gak ngomong….???

wakwakwakwak..akhirnya semua batal shalatnya….hahaha

======================================

ketika itu Saroso duduk di kelas 1 SMP. Sampailah pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, dan gurunya menanyakan siapa yang menemukan listrik. Karena tak seorangpun murid menjawab,
Saroso memberanikan diri untuk menjawab.

Saroso : Oh, kalau itu saya tahu bu, itu pasti Thomas Alva Edison
Bu guru : Agak jengkel ibu guru bertanya , Mengapa tidak dari tadi kamu
menjawabnya, padahal kamu bisa.
Saroso : Saya masih bingung bu??, kalau Thomas Alva Edison yang menemukan listrik. Trus siapa bu yang menghilangkan listiknya???

====================================

Guru : “Empat orang wanita cantik sedang berjalan di depan rumahku.”. Adi, coba ubah kalimat tadi menjadi kalimat seru.!
Adi : “WOOOW…!!!”

Selengkapnya - Cerita Lucu - Kumpulan Cerita Humor